31 Mei 2009

Do'a dalam sakit

Cukup aku yang merasakan kesakitan ini
Cukup aku yang merasakan kenyerian ini
Cukup aku yang merasakan kepedihan ini
Aku terima semuanya, demi orang-orang yang kucintai

Kesakitan ini, kenyerian ini, dan kepedihan ini
Biarlah menjadi bagian hari-hariku, bagian kenikmatanku
Namun, kesakitan ini, kenyerian ini, dan kepedihan ini
Tidak akan pernah mampu menghancurkan harapanku

Sampai dimana batas kekuatanku, semua kuserahkan
Kepada sang pemilik sakit, kepada sang pemilik kekuatan
Sampai dimana batas kesabaranku, semua kuserahkan
Kepada sang pemilik waktu, kepada sang pemilik kesabaran

Yang kutahu, aku harus tetap memelihara harapan
Yang kutahu, aku harus tetap memanjatkan syukur
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara usaha
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara do’a

(jakarta, nopember 2000..ketika berhasil bersahabat dengan rasa sakit, yang luar biasa...terimakasih pada-Mu aku masih bisa menulis)


Tanpa Judul

Engkau dahulu kukenal lewat bait puisi dan lembaran surat
Dalam usia muda belia dimana getar asmara terasa mencekat
Waktu yang berlalu tidak jua memupus asa yang pernah mencuat
Apakah pertemuan ini jawaban dari do’a-do’a yang kupanjat
Nyanyian angin di pucuk pohon alam cibodas selalu kuingat

Kidung alitmu yang terbawa gelombang ke separuh jagat
Adakah ini impian dipenghujung hari atau sekedar kenyataan sesaat
Rindu dendam berbaur cerita indah masa lalu yang masih lekat
Diantara tegur sapa dan canda tawa dua sahabat
Entahlah apakah kau tahu ada hati yang tersayat
Namun kini ada jawab pasti, rama-rama telah terbang melesat
Aku mengerti walau tidak kumiliki, cinta itu tetap erat

(bandung, akhir mei 2009...untuk sahabatku EK...semoga persahabatan kita tetap erat)

30 Mei 2009

Cinta yang membisu

Perjalanan ini terasa semakin berat dan sarat beban
Akankah semua berakhir sampai disini?
Mampukah aku bangkit dari puing-puing kehidupan?
Mampukah aku melukis dilangit yang telah buram?
Haruskah aku duduk diam membisu menikmati rasa sakit?
Tangan ini sudah tidak berdaya...

Cobalah lihat langit! cobalah renungkan!
Dalam hitamnya langit malam, ada cinta yang tersembunyi
Dalam setiap bintang yang berpendar, ada cinta yang tersembunyi
Dalam birunya langit siang, ada cinta yang tersembunyi
Dalam setiap tetes air hujan yang turun, ada cinta yang tersembunyi
Dalam pergantian siang dan malam, ada cinta yang tersembunyi

Cobalah lihat bumi! cobalah renungkan!
Bukankah yang terkubur dibumi adalah bangkai,
sampah dan barang busuk lainnya
Namun apa yang diberikan bumi, adalah sumber kehidupan
Tumbuhan yang menghijau, bunga-bunga yang harum merekah,
bulir padi yang menguning, mata air yang menyegarkan
Semua ada karena cinta!

Perjalanan ini tidak akan berakhir sampai disini
Selalu ada cinta yang menyertai setiap langkahku
Selalu ada cinta yang membuatku bangkit berdiri
Selalu ada cinta yang menopang harapanku
Cinta-Mu yang telah lama aku lupakan

(pontianak, april 1995...ya Allah cinta-Mu ada dalam setiap tarikan nafasku)

29 Mei 2009

MOLEK

Wahai Molek...........
Kala pagi sang putri bernyanyi
emban pun semua turut berdendang
Sang angin ikut menari
dan tanganmu nan hijau menggapai
seakan mengajak mentari bersuka
Wahai Molek...
Akankah kau indah lestari
dapatkah engkau berlari
menghindar jangkauan jari-jari manis
dari tangan penuh najis
Molek....
Aku sangsi...!!


8 April 1980

27 Mei 2009

Gadis menangis

Gadis menangis disudut kepiluan
Menyesali cintanya yang tak sampai
Ada keperihan menusuk hatinya
Oh, haruskah engkau merana karena cinta

Gadis tak tahu mengapa tak jua datang kekasih
Berjuta cinta sudah dititipkan,
lewat hembusan angin, lewat gerimis hujan,
lewat tetesan embun, lewat sinar bulan

Gadis tak mengerti mengapa tak jua hadir kekasih
Berjuta rindu sudah dituangkan,
lewat bait-bait puisi, lewat berlembar-lembar surat
Adakah sang penyair lupa pada cintanya

(darmaga, april 1982...ketika kangen berat sampai nangis)

26 Mei 2009

Selamat Pagi Kekasih

Selamat pagi kekasih,
lihat cahaya matahari telah mengintip dijendela kamarku
Aku enggan beranjak dari tempat tidurku,
aku masih merasakan hangatnya pelukmu

Selamat pagi kekasih,
kehadiranmu dalam mimpiku semalam sungguh membuat aku bahagia
Senyummu masih tetap manis
Sorot matamu masih tetap hangat

Selamat pagi kekasih,
kumohon padamu,
hadirlah kembali nanti malam dalam mimpiku
Temani tidurku dengan kehangatan cintamu

(bogor, juni 1982...aku mimpi sang penyair hmmmm)

25 Mei 2009

Padang Suryakencana

Hamparan rumput hijau dan
gerumbulan edelweis padang suryakencana
ditingkahi suara deru angin subuh yang menusuk
seakan menyambutku di puncak pangrango

Semburat merah dilangit timur
pertanda fajar pagi
menyuruhku bersujud bersyukur pada Sang Pencipta
Ya Allah, terimakasihku pada-Mu
yang telah memberiku kekuatan untuk menikmati
keindahan ciptaan-Mu

Tak lupa kupanjatkan do’a untuk orang terkasih
Harapan terindah untuk ulang tahunmu
Hari ini genap usiamu duapuluh
Padang suryakencana menjadi saksi
Keabadian cintaku untukmu

(padang suryakencana, desember 1982...selamat ulang tahun pengembara hati)

Pecinta rahasia

Sang penyair, kita bersua kembali dalam pena
Adakah telah kau terima, kerinduanku yang kutitipkan
Lewat dinginnya malam, lewat cahaya bintang, lewat sinar rembulan
Biarlah rinduku padamu merasuki rongga dadaku,
Biarlah cintaku padamu hanya hatiku yang tahu,
Biarlah kasihku padamu tersimpan dalam singgasana jiwaku
Akulah pecinta rahasiamu, aku menanti hingga akhir hayatku.

(darmaga, juli 1982...ketika jalan-jalan ke kaki gunung salak aku mengikuti bayangmu)

24 Mei 2009

Khayalan

Betapa tawar hidup tanpamu, betapa hambar rasa tanpamu
Hanya engkau yang mampu membuat mekarnya jiwa
Hanya engkau yang mampu bangkitkan gairah cintaku
Tapi mengapa engkau tak jua menjemputku
Tapi mengapa engkau tak jua datang meminangku

Mungkinkah harapan ini hanya tinggal harapan
Mungkinkah hidup bersamamu suatu kemustahilan
Aku menanti dirimu...disini sang penyair
Aku menanti dirimu..mengakhiri petualanganmu
Dan berharap ikatkan cinta dijemari hatiku

(darmaga, 1982....berkhayal dipinang sang penyair)

Sebuah permintaan

Kegelisahan ini tidak pernah berujung,
kegundahan ini tidak pernah berakhir
Kepada siapa aku berbagi,
ketika sepotong hati tercuri
Kepada siapa aku mengadu,
ketika segenap rasa terbawa

Kemana kau bawa pergi hatiku,
kemana kau bawa serta jiwaku
Pencuri budiman tolong aku,
bawalah juga cintaku

(darmaga, 1982...sedang sendiri diasrama dan berharap suratmu datang)

Rindu-ku

Kembali kususuri jalan ini,
dalam rintik gerimis hujan
Adakah kau tahu sang penyair,
diantara tetes air hujan ini kudengar lagumu,
lantunkan cinta kita dalam bahasa rasa

Ah sang penyair, gemuruh rindu dalam dada
Adakah terdengar olehmu
Usaikah cerita cinta yang tak pernah bermula?
Aku masih menunggumu, disini dijalan ini
Semoga kekuatan cinta mempertemukan kita


(darmaga, 1982...ketika kuberjalan ditengah hutan pinus,
tiba-tiba rasa rindu kepada sang penyair menyergapku)



20 Mei 2009

Cinta Rasa

Kereta api uap melaju terasa lambat
Tertinggal anganku yang terbang melesat
Menjumpai seorang sahabat
Yang saat itu kerap melekat
dalam bagian cerita cinta yang tidak kasat

dan CINTA RASA adalah bukan sekedar alamat
tapi magnet yang dapat mengucurkan keringat
setiap aku hendak mendekat...

(bandung, mei 2009 bagian cerita keindahan masa lalu 2)
puisi dari sahabat


Ade

Adalah satu diantara
sederetan nama
melekat pada sosok sederhana
yang aku kenal dan pernah ada
dalam ceritaku disuatu masa

Nama yang menutup satu dua
bait syair sebuah pena
yang aku terima
saat itu dan aku tidak lupa

(bandung, mei 2009...bagian cerita keindahan masa lalu 1)puisi dari sahabat

14 Mei 2009

Waktu

Untuk tahu arti waktu satu tahun,
bertanyalah kepada narapidana yang berada di balik penjara
Untuk tahu arti waktu satu bulan,
bertanyalah kepada seorang ibu yang melahirkan bayinya yang prematur
Untuk arti waktu satu minggu,
bertanyalah kepada seseorang yang bekerja sebagai editor majalan mingguan
Untuk arti waktu satu hari,
bertanyalah kepada buruh yang mendapat upah harian
Untuk tahu arti waktu satu jam,
bertanyalah kepada seorang gadis yang menunggu kedatangan kekasihnya
Untuk tahu arti waktu satu menit,
bertanyalah kepada seseorang yang ketinggalan kereta api
Untuk tahu arti waktu satu detik,
bertanyalah kepada dokter bedah yang sedang melakukan operasi kepada pasiennya
Apa arti waktu bagimu?

(aku tulis untuk mengingatkan diriku, jangan sampai sakit mencuri waktuku)


Tahajud

Malam masih berbingkai keheningan, alam berdzikir bangunkan kesadaran dari tidur lelapku
Ya Rabb, terimakasih Engkau beri aku kesempatan mengarungi sajadah panjang dikebesaran malam-Mu, nikmat apalagikah yang telah aku dustakan?

Sesaat kesejukan merambah seluruh tubuhku, ketika basuhan air wudu menyirami bagian anggota badanku. Ya Rabb, semoga kesegaran air-Mu ini menghilangkan kesombonganku, yang seringkali melalaikan waktu-Mu, nikmat apalagikan yang telah aku dustakan?

Aku bersujud pada-Mu, aku mengeluh pada-Mu, aku mengadu pada-Mu, aku memohon pada-Mu, aku meminta pada-Mu, nikmat apalagikan yang telah aku dustakan?

Mengapa aku lalai bersyukur pada-Mu, mengapa aku masih memelihara keangkuhan, mengapa aku masih menggenggam ketamakan, mengapa aku masih berteman dengan keraguan, mengapa aku masih menyimpan kedengkian, mengapa aku masih bersahabat dengan kekhawatiran.

Ya Rabb, adakah gerbang pengampunan-Mu masih terbuka untukku?

(tiada habis aku memohon kasih sayang-Mu, yang dapat menyelamatkan hidupku)

13 Mei 2009

Cibodas I

Aku melihat kau berdiri disana,
Diantara desiran angin subuh yang menggigit,
Diantara rinai gerimis hujan,

Aku melihat kau tersenyum disana,
Diantara ratusan tiang bendera,
Diantara ribuan tenda yang menghampar,

Aku melihat kau berjalan disana,
Diantara deretan kaki-kaki bersepatu hitam,
Diantara barisan pandu berseragam coklat tanah,

Aku melihat kau berlari disana,
Diantara kerumunan peserta raimuna,
Diantara kemeriahan pesta api unggun,

Aku melihat kau berdiri didepanku,
Mengulurkan tangan,
Menyampaikan sapa,

Aku dan kau berkenalan disana,
Diantara harumnya kabut cibodas
Diantara tetes embun rerumputan

Aku dan kau berpisah disana,
Diantara genggaman erat dan lambaian tangan
Diantara harapan terjalinnya sebuah persahabatan

(jakarta, mei 2009...untuk mengenang pertemuan dengan seorang sahabat)

12 Mei 2009

Dialog maya dalam kesunyian

Mengapa kau genggam sepimu sendiri,
bukankah seperti kau minta,
matahari tidak pernah ingkar janji,
memberi terangnya pada siang,
bagikan cahayanya pada insan.
Walau takdir tak pernah mempertemukannya dengan malam,
tapi tetap hangatkan dirimu,
lewat cahayanya yang dititipkan pada bulan.

Perempuan berlari ke sudut kesunyian,

bukan untuk sembunyi,
tapi sekedar untuk menyendiri,
merenungkan apa yang terjadi.
Ditepi jalan bercabang,
perempuan tertegun,
ragu dia melangkah,
melanjutkan perjalanan
atau berhenti sampai disini.

Mengapa ragumu biarkan jalani hidupmu,

biarkan menuntunmu ke arah tanpa tujuan.
Demi waktu yang tersisa, pastikan langkahmu.
Bukankah matahari tidak pernah menyerah,
walau harus bertarung dengan malam,
namun dia tetap kembali
dengan cahayanya di fajar pagi.

(jakarta, mei 2009....tulisan ini terinspirasi dari kelana)

11 Mei 2009

Pertemuan

Ada sebait kenangan yang tertuang dalam selembar kertas kusam,
berbaur bilur kepiluan.
Ada sejumput kata yang tertinggal dalam sepenggal cerita,
yang terputus oleh waktu terbelah oleh masa.
Ada sepenggal harap yang tak pupus dimakan usia,
tak hilang ditelan jaman.

Pertemuan denganmu,
membangkitkan keindahan masa yang telah berlalu,
kala bening kata masih bertaut.
Dalam diam, aku tersenyum,
ada rasa haru dan debaran kebahagiaan.
Terimakasih, ya Allah,
pada akhirnya kami dipertemukan.

(serambi, mei 2009....untuk sahabat tercinta,
terimakasih atas kegigihanmu mencariku, sehingga kita bisa bertemu)


Penantian

Perempuan di bibir senja,
memandang nanar lautan malam.
Wahai, waktu tidak lagi mau sembunyi,
tampakan tapak di wajah sunyi,
guratan halus disudut mata,
dan warna perak dibalik kerudung.

Perempuan sendiri,
beringsut meninggalkan matahari,
merantau dalam sepinya hati,
mengembara dalam bara sengsara.

Perempuan menanti,
sendiri diujung fajar.

(saat sunset di pura besakih, juli 2008....semua telah berakhir)

Matahari

Matahari di peraduan manisku,
berangkat di senjakala.
Memadu dalam kasih malam.

Oh cinta, datanglah puaskan dahaga hati,
dalam selimut kepiluan,
terlalu lelah menanti.

Matahari diperaduan manisku,
biarkan dia terlelap,
bukankah fajar telah menanti.

Matahari tidak pernah ingkar,
berikan janji kepada siang,
memberikan cintanya kepada insan.

(jakarta, mei 2009....untuk matahari matahatiku)


Selalu saja

Selalu saja aku menyukaimu,
mendengar ceritamu, menyelami isi hatimu.
Selalu saja aku senang berada didekatmu,
sekedar menatap matamu, atau membaui aromamu.
Selalu saja aku menanti kehadiranmu,
menghabiskan waktu bersamamu.
Selalu saja aku berharap kabar darimu,
ada banyak kisah yang belum kuungkap,
ada banyak suara yang belum kuutarakan.

Selalu saja kau menyenangkan hatiku,
membuat hariku kembali surut ke masa lalu,
canda dan tawa, kenangan dan lamunan,
penantian dan ketidakpastian.

Selalu saja aku bertanya,
mengapa debaran itu tidak pernah hilang,
mengapa harapan itu masih ada,
walau tidak pernah ada jawab yang pasti.

Selalu saja aku ingin tahu,
mengapa ragumu menghalangi langkahmu,
mungkin masih terlalu muda untuk menggenggam kepastian.
Selalu saja aku berpikir,
arti semua kisah ini, berharap tidak usai sampai disini.

Selalu saja aku berharap,
selalu ada cinta diantara kita,
selalu ada persahabatan diantara kita,
selalu ada dukungan diantara kita,
selalu ada ketulusan diantara kita,
selalu ada do’a diantara kita.

(jakarta, mei 2009....seseorang akan mengerti untuk siapa tulisan ini ditujukan)

Nyanyi Sunyi

Pernahkan kau mendengar kerinduan dikedalaman tatap matanya,
pernahkah kau melihat desiran hati dibalik seribu tawanya,
pernahkah kau menggenggam kata-kata diantara diamnya,
pernahkah kau merengkuh keriangan yang tersembunyi dikesedihannya,
pernahkan kau mengintip keparauan dalam teriakkannya,
pernahkan kau melirik kelelahan dalam semangatnya.

Jika hanya mata yang melihat, jika hanya telinga yang mendengar,
mungkin selamanya kau tidak pernah tahu apa yang terjadi.
Ada langkah yang hampir terhenti, ada kata-kata yang hampir surut,
ada bara yang hampir padam, ada lamunan yang hampir berlalu.

Janganlah senja berburu menyengaja mengalahkan lajumu,
dirantai kegelapan dibelenggu kesunyian, kemana lagi jiwa berlari,
bukankan pernah ada matahari menyertai langkah sang petualang.

Nyanyi sunyi senarai dibalik kabut kesendirian,
irama seruni patahkan lagu kesepian.
Dibalik dinding senandung sendu mendayu.
Kata tak mampu lagi sembunyi, mata tak mampu lagi bicara,
rasa tak mampu lagi berlari, menyerah pada kenyataan, berikan aku kesempatan.

(kafe bengawan solo, mei 2009...kepada seseorang dimasa lalu)

Perempuan Terluka

Perempuan terluka oleh cintanya, yang mati ditelan kemudaannya.
Hidupnya terlunta dalam pengembaraan tak berujung,
berharap terdampar di pantai pengharapan.
Perempuan menangis dalam tawanya,
berharap mengerti jeritan perasaannya,
dalam kedukaan kerinduan.

Perempuan tertawa, perempuan bergegas,
ternyata hari tidak seramah dugaannya,
ternyata guliran waktu enggan menantinya.
Perempuan tersadar dari masa lalunya,
berlari mengejar mimpinya, terengah, terseok,
terbangun dan terus berlari, satu-satu nafasnya menghilang.

Perempuan berpacu dengan kegetiran hatinya,
mencoba menutup luka masa lalu,
mengobati jiwa yang bernanah.
Perempuan tidak mau kehabisan sisa mimpinya,
berharap matahari tidak mengingkari janjinya,
berikan kehangatan ditengah galau pikirannya.

Perempuan berburu suka, menggapai gemintang malam,
sembunyikan dibalik selimut tidurnya,
dan biarkan menghangatkan hatinya,
sembuhkan parutan duka yang tersisa.

Perempuan dalam perjalanan, tinggalkan penyesalan.
Perempuan mengerti,
dalam genggamannya ada mutiara dari masa lalu,
memancar bak gemintang, bersinar bak mentari,
itulah yang tersisa.
Perempuan berterimakasih.

(jakarta, mei 2002....untuk perempuan yang pernah bangkit dari kehancuran)

08 Mei 2009

Kisah sepiring nasi dan semangkok capcay

Sepiring nasi putih terhidang didepanku, lengkap dengan sejumput goreng bawang. Sebagai temannya ada semangkok capcay goreng. Tidak perlu menunggu waktu lama, sesendok demi sesendok nasi putih ditemani capcay goreng mulai beralih ke mulutku. Sambil mengunyah dengan bilangan 32, dalam setiap kunyahan kucoba untuk merasakan rasa nasi itu, betul-betul kurasakan setiap butirnya, ada rasa manis dan pulen. Anehnya ketika konsentrasiku fokus pada nasi putih, aku benar-benar tidak bisa merasakan keberadaan capcay, tentu saja aku merasa bersalah.

Selanjutnya dapat ditebak, pada kunyahan berikutnya aku mulai berkonsentrasi pada setiap sayuran yang ada di capcay itu, mula-mula aku rasakan wortel, ternyata manis dan sedikit ada rasa ketir, potongan kecil daging ayam terasa gurih potongan buncis yang renyah dan segar, terasa manis. Satu persatu, mulai dari butiran nasi dan seluruh potongan sayuran dalam capcay, lengkap sudah aku nikmati malam ini.

Apa yang kudapat, ternyata bilangan 32 itu yang membawa kenikmatan. Sungguh makan dengan sangat pelan, tidak tergesa-gesa, tidak bicara, tidak pula diselingi dengan minum, membuatku merasakan fungsi dari indera pengecap. Walaupun tidak mudah untuk bisa makan dengan tenang, mensyukuri setiap rejeki yang masuk ke mulut. Sungguh kenikmatan yang terabaikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah aku dapatkan setiap hari. Tidak perlu dengan hidangan yang mahal dan mewah, cukup dengan sepiring nasi dan satu jenis lauk atau sayur, yang mungkin bisa berharga kurang dari sepuluh ribu rupiah. Hanya perlu sedikit kemauan untuk mengunyah 32 kali kunyahan.

Meditasi, itulah yang kulakukan. Apa mungkin? Bukankah meditasi harus mencari tempat yang tenang dan sepi, jauh dari hiruk pikuk suana kantin seperti ini. Bukankan meditasi harus sepi dari gerak, bukankan meditasi harus memejamkan mata, dan semua anggota badan dan pikiran berhenti beraktivitas.

Jawabanku, tidak!. Bagiku meditasi adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Ketika aku menulis, akupun sedang meditasi, karena aku menikmati dan sadar aku sedang menulis menuangkan segala yang ada dalam benakku. Ketika aku membaca, akupun sedang meditasi, karena aku menikmati dan sadar aku sedang membaca. Kalau begitu, bisakah aku meditasi sepanjang hidupku? Tentu saja harus bisa.

Jakarta, 17 April 2009


Ditulis dikantin serambi selesai makan malam
evey