07 September 2008

Hernia Nucleus Pulposus (HNP)

Salah satu penyebab nyeri punggung bawah adalah hernia nucleus pulposus (HNP) atau yang dikenal dengan nama "saraf terjepit", yaitu cakram tulang rawan penyekat antar badan ruas tulang belakang sehingga “nucleus pulposus” sentral cakram tulang rawan tergeser keluar dari biasanya ke arah kiri atau kanan dan akan langsung menekan jaras saraf paravertebral.

Gejala hernia nucleus pulposus (HNP) berupa kesemutan dikaki, otot paha dan kaki menjadi lemah, rasa nyeri yang sangat hebat di pinggang yang menjalar ke tumit mengikuti alur syaraf (gejala ini disebut sciatica), lumpuh apabila terkena syaraf utama.

Hernia nucleus pulposus (HNP) dapat mengenai siapa saja, namun insiden tertinggi HNP terjadi pada usia 30-50 tahun, saat nucleus pulposus masih bersifat gelatinous. Hernia nucleus pulposus (HNP) biasa terjadi akibat insiden, seperti terjatuh, kecelakaan, mengangkat barang berat, salah gerak, dsb.

Menurut gradasinya,hernia nucleus pulposus (HNP) dapat terjadi dari nucleus yang hanya terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus, nucleus berpindah tempat tetapi masih di dalam lingkaran anulus fibrosus, nucleus keluar dari anulus fibrosus, sampai nucleus yang keluar dan menembus ligamen.

Selain pemeriksaan klinis, diperlukan alat diagnostik elektromiografi (EMG) untuk dapat menentukan secara pasti syaraf yang terpengaruh. Di samping itu, ada juga pemeriksaan radiologis dengan magnetic resonance imaging (MRI) untuk memastikan terjadinya hernia nucleus pulposus (HNP) dan seberapa jauh herniasi terjadi. Myelogram, untuk menentukan ukuran dan lokasi hernia nucleus pulposus (HNP), dan X-Ray untuk menentukan penyebab lain. Kombinasi pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Adalah penting untuk membedakan apakah hernia nucleus pulposus (HNP) yang terjadi hanya sampai tahap peradangan (iritasi) atau sudah menekan (kompresi), karena iritasi dapat diobati secara konservatif sedangkan kompresi memerlukan operasi.

Pengobatan hernia nucleus pulposus (HNP) secara konservatif melalui terapi konservatif, istirahat total (bed rest), penggunaan obat-obatan (anti nyeri, anti radang), dan fisio terapi (penghilang nyeri, penguatan otot pinggul, pengaturan posisi tubuh).

Tindakan pembedahan hernia nucleus pulposus (HNP) dilaksanakan untuk kondisi yang sangat serius atau tidak berhasil dengan terapi konservatif. Namun tindakan operasi hernia nucleus pulposus (HNP) bukanlah tindakan yang murah dan tidak berisiko. Apabila gagal dalam operasi maka kondisi pasien akan bertambah buruk. Biasanya, persentase tingkat keberhasilan penyembuhan hernia nucleus pulposus (HNP) melalui operasi hanya 50%.

Selain pengobatan secara konservatif dan pembedahan, pengobatan hernia nucleus pulposus (HNP) juga dapat dilakukan dengan melakukan perubahan gaya hidup (diet, aktifitas), pengobatan alternatif seperti akupuntur, chiropraktic, dan pemijatan.

Tips untuk menghindari hernia nucleus pulposus (HNP) 1. Perhatikan posisi tubuh pada saat bekerja dan jangan terlalu lama berada pada posisi yang sama.2. Peka terhadap gejala awal.3. Untuk yang berusia diatas 40 tahun, berhati-hatilah terhadap gerakan yang dapat membebani tulang belakang/ gerakan membungkuk (misalnya: senam high impact, mengangkat beban, posisi kerja, dll).4. Dilarang keras mengangkat benda-benda berat, berada pada posisi jongkok, membungkuk, atau duduk dikursi yang terlalu rendah.5. Jangan terlalu capek dan stress.6. Disarankan berolahraga renang.7. Duduklah dengan posisi punggung tegak (tidak melengkung).

(disarikan dari berbagai sumber oleh Eva Rasyad)


Tentang "Lupus"

Lupus (nama ‘Lupus’ berasal dari kata ‘serigala’ dalam bahasa Latin), adalah suatu penyakit yang muncul karena sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, yang justru mengganggu kesehatan tubuh. Pada lupus zat anti dan sel darah putih justru menjadi liar dan menyerang tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya organ tubuh menjadi rusak dan gejala lupus muncul. Ditandai dengan bintik-bintik merah pada kulit muka yang kelihatan seperti bekas gigitan serigala sehingga istilah lupus diagnosa menjadi lupus eritomatus sistemik (LES). Sistemik bermakna menyebar luas ke pelbagai organ tubuh.

Gejala lupus sering menyerupai penyakit lain, sehingga lupus sering dijuluki “si peniru ulung” atau “penyakit seribu wajah”. Gejala awal lupus yang sering timbul adalah ruam merah simetris pada wajah berbentuk kupu-kupu, penebalan berbentuk koin pada kulit yang sering terkena matahari dan hipersensitif terhadap sinar matahari, sariawan yang hilang timbul, radang sendi, nyeri dada saat menarik nafas, kejang-kejang, terdapat kelainan darah, kelainan sistem kekebalan tubuh, dan test Antinuclear Antibody (ANA) menunjukkan abnormalitas.

Penderita lupus sering merasa kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal. Gejala ini muncul ketika lupus sedang aktif dan menghilang ketika tidak aktif. Untuk mengetahui apakah sebuah penyakit yang diderita seseorang merupakan gejala lupus atau bukan, sebaiknya dilakukan tes Antinuclear Antibody (ANA) dan tes Deoxyribose Nucleic Acid Double-Stranded (DNA DS).

Penyebab lupus belum diketahui, tetapi banyak faktor yang mengakibatkan serangan atau terjadinya penyebaran lupus. Faktor ini termasuk infeksi, obat-obatan, perubahan hormon, stress dan cahaya matahari yang berlebihan.

Sampai saat ini, penyakit lupus belum bisa disembuhkan atau dicegah. Penderita lupus hanya dapat menghilangkan gejala lupus dengan mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup, menjalani pola hidup tertentu dan menghindari stress.

Sebagian besar yang terserang lupus adalah perempuan di usia produktif (15-45 tahun). Meskipun demikian, anak-anak maupun laki-laki dapat terserang oleh penyakit lupus. Para peneliti mempercayai sekitar 5 juta penduduk duia terkena lupus dan lebih dari 100 ribu kasus baru muncul setiap tahunnya. Di Indonesia, jumlah penderita lupus diperkirakan sekitar 200 ribu-500 ribu. Angka itu, diperoleh dari perbandingan 1:1.000, yang artinya dari 1.000 orang penduduk Indonesia di duga satu orang terkena lupus. Perkiraan jumlah penderita lupus itu muncul karena bangsa Indonesia adalah bangsa dengan kulit berwarna.

Harapan hidup penderita lupus tergantung dari kondisi pasien. Di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1955 harapan hidup penderita lupus dalam kurun waktu lima tahun, kurang dari 50 persen. Sementara, pada tahun 1991 telah mencapai 89-97 persen. Hal itu, terjadi karena adanya diagnosis lebih dini dan metode pengobatan lupus yang lebih baik.

Menurut Sekretaris Program Farmasi ITB Dr I Ketut Adnyana, penelitian obat-obatan untuk penderita lupus masih jarang dilakukan. Karena lupus masih asing untuk masyarakat termasuk peneliti. Namun, setelah mengetahui tentang lupus ITB mulai mengembangkan penelitian untuk mencari obat yang bisa membantu meringankan penderita lupus. Salah satu tumbuhan yang sedang diselidiki untuk obat radang penderita lupus adalah mahkota dewa.

Mahkota dewa tidak bisa mengobati lupus secara keseluruhan. Namun, bisa digunakan untuk terapi menyembuhkan radang pada penderita lupus. Mahkota dewa memiliki senyawa yang sama dengan obat antiradang kimia. Indonesia itu kaya akan tumbuhan yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, pasti ada tumbuhan yang bisa menyembuhkan lupus atau mengendalikan sistem imun tubuh tapi tentunya harus dilakukan penelitian.

(disarikan dari berbagai sumber oleh Eva Rasyad)