Perempuan berlakon dalam sandiwara dunia, terjebak dalam asmara berbunga angkara. Merahnya kemarahan mengalahkan rona mawar digenggaman, hingga sang bunga luruh gugur berjatuhan. Tak tersisa harumnya mawar, tak tersisa segarnya bunga, yang ada hanyalah sepotong ranting kering berduri.
Perempuan menyesali mengapa kelopak mawar mengering? Padahal, embun pagi belum hendak pergi! Perempuan meremas duri kekecewaan, dan biarkan darah membasuh kepiluan hatinya. Merahnya air mata meratapi kehormatan cinta yang hilang. Perempuan kini sendiri hampir tidak peduli bahwa ia pernah punya mimpi.
Perempuan melangkah pergi menyusuri penggalan sunyi. Berbekal sebait do’a dalam lembar kepasrahan. Biarkan kegetiran tertinggal diantara jejak suram masa lalu. Perempuan berpaling dari hati yang kering, naluri menuntunnya temukan putik mawar yang harumkan rongga jiwanya. Tetesan do’a sirami putik hingga mekar dan mawar tampakan keindahannya.
Perempuan bersyukur padang hatinya tak lagi sepi, ada sebait syair menemani ada serumpun mawar yang bernyanyi. Mawar menggoda, mawar menebar pesona, perempuan tak pernah lengah menjaga. Hingga ia menyadari, harum sang bunga mengundang kumbang bertandang, merah sang mawar memikat rama-rama bercengkrama.
Perempuan rela hati saat ia harus berbagi, ketika sang mawar pergi. Mekar mawar dicintai, merah mawar disayangi, terjaga jambangan kasih sejati. Perempuan kini mengerti walau sang bunga tak lagi ia miliki, namun hatinya tetap berseri, karena ia mengetahui dihatinya selalu ada kuntum bersemi.
(Jakarta, desember 2009...sebuah prosa liris untuk kasih yang bersemi di bulan desember)
30 Desember 2009
28 Desember 2009
Bening
Aku bukanlah bening yang kau cari, katakan pada senja dimana aku harus berdiri? Dalam kegamangan harap, tertatih diri meniti langkah mencari matahari. Bahkan kepada senja aku tak sempat pamit, ketika kusadari - diri terjatuh dalam kelam-. Segenggam kerinduan kubawa keperaduan bersama senyum manis ke alam mimpi.
Lelah kucari tanpa pernah kutemui, sisa-sisa kebeningan yang pernah kau janjikan. Jangan pernah berharap aku melupakan janjimu, karena hati telah terantai oleh kata terikat oleh bahasa. Bukan aku mau menghakimi, bila hari ini tangan rapuhku meminta matahari, membawa kembali bening hati untukmu.
Mungkinkah beningmu telah berlalu, dibalik hasrat yang menggebu. Senja berakhir dengan senyum pahit dibekuan malam, tanpa nyanyian bulan, tanpa puisi bintang. Hanya langit yang menangis disertai lirih angin menggigit. Letih sudah tangisku menahan lara, belajar untuk menerima. Dimanakah bening hati melabuh diri?
(Jakarta desember 2009....sebuah prosa liris untuk bening yang tak pernah dapat kugapai)
Lelah kucari tanpa pernah kutemui, sisa-sisa kebeningan yang pernah kau janjikan. Jangan pernah berharap aku melupakan janjimu, karena hati telah terantai oleh kata terikat oleh bahasa. Bukan aku mau menghakimi, bila hari ini tangan rapuhku meminta matahari, membawa kembali bening hati untukmu.
Mungkinkah beningmu telah berlalu, dibalik hasrat yang menggebu. Senja berakhir dengan senyum pahit dibekuan malam, tanpa nyanyian bulan, tanpa puisi bintang. Hanya langit yang menangis disertai lirih angin menggigit. Letih sudah tangisku menahan lara, belajar untuk menerima. Dimanakah bening hati melabuh diri?
(Jakarta desember 2009....sebuah prosa liris untuk bening yang tak pernah dapat kugapai)
Perempuan (dan) Jalanan
Jalanan mengajariku waspada
Berpacu dengan waktu yang tak tentu
Bertarung dengan emosi yang tak terkendali
Sebuah keputusan dalam keputusasaan
Hati yang tertantang gelisah
Gemuruh suara menanti kemenangan
Perlawanan dalam diam
Lelehan air mata untuk jiwa yang letih
Jalanan kembalikan kesadaran
Hidup penuh tikungan dan kelokan
Bukan seperti dunia yang kuinginkan
Perempuan sandarkan hidup di jalanan
(Jakarta, 19 Desember 2009...sepanjang perjalanan pantura kubiarkan jiwa letihku menangis)
Berpacu dengan waktu yang tak tentu
Bertarung dengan emosi yang tak terkendali
Sebuah keputusan dalam keputusasaan
Hati yang tertantang gelisah
Gemuruh suara menanti kemenangan
Perlawanan dalam diam
Lelehan air mata untuk jiwa yang letih
Jalanan kembalikan kesadaran
Hidup penuh tikungan dan kelokan
Bukan seperti dunia yang kuinginkan
Perempuan sandarkan hidup di jalanan
(Jakarta, 19 Desember 2009...sepanjang perjalanan pantura kubiarkan jiwa letihku menangis)
17 Desember 2009
Rindu-ku Ibu
Ibu,
Kasihmu tak pernah pudar, sayangmu tak pernah gugur
Mutiara dihatimu berpendar pancarkan cahaya cinta
Menembus dinginnya samudera kehidupan
Merobek bekunya kegelapan malam
Ibu,
Mata hatimu adalah telaga kebeningan nurani
Yang meneduhkan hatiku ketika aku bercerita lewat air mata
Belaian tanganmu adalah gelombang kehangatan
Yang merengkuh jiwaku saat aku terjatuh dan terpuruk
Ibu,
Tak pernah kulihat lelahmu, tak pernah kudengar sesalmu
Dari situlah aku belajar kekuatan dan kesabaran
Keteguhan yang kau perlihatkan, ketegaran yang kau buktikan
Dari situlah aku belajar kemandirian dan keberanian
Ibu,
Kini tubuhmu tidaklah setegap dulu, kulit putihmu sudah keriput
Rambut hitam panjangmu telah tipis dan memutih
Namun, kharisma dan wibawamu tergambar jelas dalam sikap keseharianmu
Kata-katamu tegas dan gerakmu trengginas
Ibu,
Aku selalu merindukan kelembutan suaramu
Yang lirih lantunkan do’a dalam sujud diheningnya malam
Tak bosan memohon kepada Yang Maha Kuasa
Keselamatan dan kebahagiaan untuk anakmu
Ibu,
Aku tak kuasa membendung tangisku
Menyadari air matamu yang tumpah karena ulahku
Hatimu yang hancur karena tingkahku
Namun, engkau tak pernah jera memaafkanku
Ibu,
Terimakasih karena engkau selalu ada untukku
Terimakasih untuk ketulusan pengorbananmu
Rabb...limpahkan kasih sayang-Mu untuk Ibu tercinta
Rabb...jagalah Ibu terkasih, rindu-ku Ibu
(Jakarta, 16 Desember 2009....puisi “Rindu-ku Ibu” ...aku persembahkan untuk :
Ibuku terkasih, seluruh Ibu sahabat-sahabatku, seluruh sahabat perempuanku yang telah menjadi atau belum menjadi ibu, seluruh sahabat laki-lakiku yang beristrikan seorang Ibu, putriku tercinta, seluruh putra-putri tercinta anak-anak dari sahabat-sabahatku....SELAMAT HARI IBU)
Kasihmu tak pernah pudar, sayangmu tak pernah gugur
Mutiara dihatimu berpendar pancarkan cahaya cinta
Menembus dinginnya samudera kehidupan
Merobek bekunya kegelapan malam
Ibu,
Mata hatimu adalah telaga kebeningan nurani
Yang meneduhkan hatiku ketika aku bercerita lewat air mata
Belaian tanganmu adalah gelombang kehangatan
Yang merengkuh jiwaku saat aku terjatuh dan terpuruk
Ibu,
Tak pernah kulihat lelahmu, tak pernah kudengar sesalmu
Dari situlah aku belajar kekuatan dan kesabaran
Keteguhan yang kau perlihatkan, ketegaran yang kau buktikan
Dari situlah aku belajar kemandirian dan keberanian
Ibu,
Kini tubuhmu tidaklah setegap dulu, kulit putihmu sudah keriput
Rambut hitam panjangmu telah tipis dan memutih
Namun, kharisma dan wibawamu tergambar jelas dalam sikap keseharianmu
Kata-katamu tegas dan gerakmu trengginas
Ibu,
Aku selalu merindukan kelembutan suaramu
Yang lirih lantunkan do’a dalam sujud diheningnya malam
Tak bosan memohon kepada Yang Maha Kuasa
Keselamatan dan kebahagiaan untuk anakmu
Ibu,
Aku tak kuasa membendung tangisku
Menyadari air matamu yang tumpah karena ulahku
Hatimu yang hancur karena tingkahku
Namun, engkau tak pernah jera memaafkanku
Ibu,
Terimakasih karena engkau selalu ada untukku
Terimakasih untuk ketulusan pengorbananmu
Rabb...limpahkan kasih sayang-Mu untuk Ibu tercinta
Rabb...jagalah Ibu terkasih, rindu-ku Ibu
(Jakarta, 16 Desember 2009....puisi “Rindu-ku Ibu” ...aku persembahkan untuk :
Ibuku terkasih, seluruh Ibu sahabat-sahabatku, seluruh sahabat perempuanku yang telah menjadi atau belum menjadi ibu, seluruh sahabat laki-lakiku yang beristrikan seorang Ibu, putriku tercinta, seluruh putra-putri tercinta anak-anak dari sahabat-sabahatku....SELAMAT HARI IBU)
Selamat Jalan Sahabat
Ada yang tertinggal
Ketika kebersamaan itu berakhir
Kenangan akan keakraban yang kembali terjalin
Sungguh berat hati ini sahabat
Karena cinta terlanjur lekat diantara kita
Pertemuan ini menyadarkan kita
Betapa hati kita tetap bertaut
Walau terpisah jarak dan waktu
Namun, harapan untuk selalu bertemu
Membuat perjalanan tak lagi jauh
Dua hari bersama sisakan gambar ceria
Indahnya persahabatan kuatnya persaudaraan
Semangat kebersamaan
Yang tak luluh oleh waktu tak lengkang oleh jaman
Selamat jalan sahabat, patetra selalu menanti
(Jakarta, 14 desember 2009...terimakasih kepada seluruh sahabat patetra...semoga tahun depan kita bertemu kembali di kota “Garut”)
Ketika kebersamaan itu berakhir
Kenangan akan keakraban yang kembali terjalin
Sungguh berat hati ini sahabat
Karena cinta terlanjur lekat diantara kita
Pertemuan ini menyadarkan kita
Betapa hati kita tetap bertaut
Walau terpisah jarak dan waktu
Namun, harapan untuk selalu bertemu
Membuat perjalanan tak lagi jauh
Dua hari bersama sisakan gambar ceria
Indahnya persahabatan kuatnya persaudaraan
Semangat kebersamaan
Yang tak luluh oleh waktu tak lengkang oleh jaman
Selamat jalan sahabat, patetra selalu menanti
(Jakarta, 14 desember 2009...terimakasih kepada seluruh sahabat patetra...semoga tahun depan kita bertemu kembali di kota “Garut”)
04 Desember 2009
Cinta yang perih
Kepasrahan adalah kata dibalik keputusaasaan
Ketika aku tak lagi mampu sembunyi dikesunyian
Ditepian malam kusampaikan lirih harapku
Do’a terucap dalam hening yang bergeming
Kerinduan.... terasa mengoyak jiwa
Yang terlunta dalam pengembaraan tanpa ujung
Cinta menggerus asa yang tersisa
Air mata berurai diantara bibir...bergetar
Rabb.....
Kepedihan ini kuserahkan pada-Mu
Hamparan sajadah tempat ku berlabuh
Bersujud memohon kemurahan-Mu
Keperihan hidup aku kembalikan kepada-Mu
(Jakarta, 4 Desember....dalam sepi malam kubangun harapku)
Ketika aku tak lagi mampu sembunyi dikesunyian
Ditepian malam kusampaikan lirih harapku
Do’a terucap dalam hening yang bergeming
Kerinduan.... terasa mengoyak jiwa
Yang terlunta dalam pengembaraan tanpa ujung
Cinta menggerus asa yang tersisa
Air mata berurai diantara bibir...bergetar
Rabb.....
Kepedihan ini kuserahkan pada-Mu
Hamparan sajadah tempat ku berlabuh
Bersujud memohon kemurahan-Mu
Keperihan hidup aku kembalikan kepada-Mu
(Jakarta, 4 Desember....dalam sepi malam kubangun harapku)
Pernikahan
Dua hati
Berbingkai janji suci
Dihadapan Ilahi
Disaksikan orang terkasih
Diiringi do’a restu tetua serta tetamu
Tidak cukup hanya cinta
Harus ada setia
Harus saling percaya
Jangan pernah hianati kesetiaan
Jangan pernah hancurkan kepercayaan
Tidak selamanya manis
Kadang pahit menghampiri
Tidak selamanya senang
Kadang gejolak menghadang
Namun tetaplah tenang
Ikutlah irama nurani
Dengarkan suara hati
Ikhlaskan niat melebur cita
Hidup bersama orang tercinta
Dalam payung ridho Allah SWT
(Jakarta, 3 Desember 2009...menghantar pernikahan anak-anak kami: Ajeng Rahma dan Dery Partoni)
Berbingkai janji suci
Dihadapan Ilahi
Disaksikan orang terkasih
Diiringi do’a restu tetua serta tetamu
Tidak cukup hanya cinta
Harus ada setia
Harus saling percaya
Jangan pernah hianati kesetiaan
Jangan pernah hancurkan kepercayaan
Tidak selamanya manis
Kadang pahit menghampiri
Tidak selamanya senang
Kadang gejolak menghadang
Namun tetaplah tenang
Ikutlah irama nurani
Dengarkan suara hati
Ikhlaskan niat melebur cita
Hidup bersama orang tercinta
Dalam payung ridho Allah SWT
(Jakarta, 3 Desember 2009...menghantar pernikahan anak-anak kami: Ajeng Rahma dan Dery Partoni)
Lamaran
Balutan gelisah hilang dari mata nan indah
Pancaran bahagia tergambar dibibir manismu
Cincin permata perlambang kasih
Tersemat anggun dijari manismu
Setengah perjalanan telah kau tempuh
Pilihan hati telah kau raih
Suka cita bertabur do’a dan asa
Gadisku, kini hidupmu tak lagi sepi
Sebaris janji yang terucap
Adalah kata yang bermakna harap
Kutunggu saatnya tiba, jejakaku
Pelaminanmu menanti dalam harumnya melati
(Garut, 29 Nopember 2009...ungkapan bahagia untuk anak-anak kami Ajeng Rahma dan Dery Partoni)
Pancaran bahagia tergambar dibibir manismu
Cincin permata perlambang kasih
Tersemat anggun dijari manismu
Setengah perjalanan telah kau tempuh
Pilihan hati telah kau raih
Suka cita bertabur do’a dan asa
Gadisku, kini hidupmu tak lagi sepi
Sebaris janji yang terucap
Adalah kata yang bermakna harap
Kutunggu saatnya tiba, jejakaku
Pelaminanmu menanti dalam harumnya melati
(Garut, 29 Nopember 2009...ungkapan bahagia untuk anak-anak kami Ajeng Rahma dan Dery Partoni)
03 Desember 2009
Lima Tahun
lima tahun
adalah perjalanan
merajut kasih
merenda harap
terpisah jarak
berbatas waktu
tak selalu mulus
tak selalu bahagia
lebih banyak duka
lebih sering kecewa
namun,
kasih yang tulus
cinta yang sejati
adalah
maaf yang abadi
lima tahun
aku hadir untukmu
(Jakarta, 2 Desember 2009...mengenang lima tahun bersamamu)
adalah perjalanan
merajut kasih
merenda harap
terpisah jarak
berbatas waktu
tak selalu mulus
tak selalu bahagia
lebih banyak duka
lebih sering kecewa
namun,
kasih yang tulus
cinta yang sejati
adalah
maaf yang abadi
lima tahun
aku hadir untukmu
(Jakarta, 2 Desember 2009...mengenang lima tahun bersamamu)
Selamat Datang Sahabat
Sahabat,
Waktu tak mampu memupus keakraban yang pernah ada
Walau hampir tiga dekade telah berlalu
Kini kita berkumpul tumpahkan rindu bagikan cerita
Mengurai kisah hidup manis dan pahit
Wajah-wajah yang dulu lekat
Kembali hadir dengan keramahan yang sama
Kini kita tak lagi muda
Rambut putih mengintip dibalik kerudung,
matapun berhias kerut,
Tanda tak mampu melawan waktu
Namun tak mengurangi gelak tawa,
senda gurau, juga celoteh ceria
Ragam profesi luluh dalam kebersamaan
Saling menguatkan dalam keakraban
Saling mendukung dalam do’a dan harapan
Menjalin kembali keeratan persaudaraan
Selamat datang sahabat, patetra terpatri dihati
(Jakarta, 3 Desember 2009...untuk menyambut kehadiran sahabat patetra, dalam rangka tepung lawung 28 tahun patetra 12-13 Desember 2010, di Istana Bunga, Parongpong, Lembang)
Waktu tak mampu memupus keakraban yang pernah ada
Walau hampir tiga dekade telah berlalu
Kini kita berkumpul tumpahkan rindu bagikan cerita
Mengurai kisah hidup manis dan pahit
Wajah-wajah yang dulu lekat
Kembali hadir dengan keramahan yang sama
Kini kita tak lagi muda
Rambut putih mengintip dibalik kerudung,
matapun berhias kerut,
Tanda tak mampu melawan waktu
Namun tak mengurangi gelak tawa,
senda gurau, juga celoteh ceria
Ragam profesi luluh dalam kebersamaan
Saling menguatkan dalam keakraban
Saling mendukung dalam do’a dan harapan
Menjalin kembali keeratan persaudaraan
Selamat datang sahabat, patetra terpatri dihati
(Jakarta, 3 Desember 2009...untuk menyambut kehadiran sahabat patetra, dalam rangka tepung lawung 28 tahun patetra 12-13 Desember 2010, di Istana Bunga, Parongpong, Lembang)
18 November 2009
Puri Avia
Dingin menggigit dalam hujan yang deras
Memeluk malam yang berlalu tanpa bintang
Tidur bertemankan sepi dan sunyi
Tanpa mimpi sembunyi dibalik kehangatan selimut kegelapan
Kesegaran sambut pagi dengan bahagia
Tak lagi menyisakan malam yang hilang tanpa bekas
Sirnakan keraguan hapuskan kegelisahan
Kembalikan harapan hadirnya cinta di binar mata ceria
(Puri Avia 11 Nopember 2009...sepulang jalan pagi diseputar resort)
Memeluk malam yang berlalu tanpa bintang
Tidur bertemankan sepi dan sunyi
Tanpa mimpi sembunyi dibalik kehangatan selimut kegelapan
Kesegaran sambut pagi dengan bahagia
Tak lagi menyisakan malam yang hilang tanpa bekas
Sirnakan keraguan hapuskan kegelisahan
Kembalikan harapan hadirnya cinta di binar mata ceria
(Puri Avia 11 Nopember 2009...sepulang jalan pagi diseputar resort)
Mandala Kitri
Bukan hanya sekedar ada
Saksi abadi masa lalu yang ceria
Tatkala cinta pertama hadir
Mengisi lembar album kehidupan
Sesaat dada terasa sesak
Ketika sesosok bayang melintas
Senyuman manis ditengah hujan
Kini yang ada hanya kenangan
Tertinggal dirumput berembun
(Cibodas Nopember 2009...untuk seorang sahabat dimasa lalu , kini dan masa yang akan datang)
Saksi abadi masa lalu yang ceria
Tatkala cinta pertama hadir
Mengisi lembar album kehidupan
Sesaat dada terasa sesak
Ketika sesosok bayang melintas
Senyuman manis ditengah hujan
Kini yang ada hanya kenangan
Tertinggal dirumput berembun
(Cibodas Nopember 2009...untuk seorang sahabat dimasa lalu , kini dan masa yang akan datang)
28 September 2009
Anak gadisku
Anak gadisku, diusia menjelang dewasa
Tumbuh matang diusia muda
Pengalaman hidup menjadikannya lebih waspada
Tak ingin kepahitan masa kecilnya
Berulang dalam siklus kehidupan masa depannya
Anak gadisku, ditengah kegamangan
Memilih teman hidup untuk arungi bahtera rumah tangga
Kearifan membawanya kepada kepasrahan
Penyerahan kepada Yang Maha Bijaksana
Tawakal terhadap pilihan hasil Sholat Istikharah
Anak gadisku, telah siap mengambil langkah
Menatap masa depan penuh harapan
Tidak ada lagi keraguan dalam pilihannya
Disertai do’a restu orang-orang terkasih
Wujudkan impian bersanding dipelaminan
Jakarta, 28 September 2009
(Selamat untuk anak gadisku, yang telah menentukan pilihannya lewat Sholat Istikharah)
Tumbuh matang diusia muda
Pengalaman hidup menjadikannya lebih waspada
Tak ingin kepahitan masa kecilnya
Berulang dalam siklus kehidupan masa depannya
Anak gadisku, ditengah kegamangan
Memilih teman hidup untuk arungi bahtera rumah tangga
Kearifan membawanya kepada kepasrahan
Penyerahan kepada Yang Maha Bijaksana
Tawakal terhadap pilihan hasil Sholat Istikharah
Anak gadisku, telah siap mengambil langkah
Menatap masa depan penuh harapan
Tidak ada lagi keraguan dalam pilihannya
Disertai do’a restu orang-orang terkasih
Wujudkan impian bersanding dipelaminan
Jakarta, 28 September 2009
(Selamat untuk anak gadisku, yang telah menentukan pilihannya lewat Sholat Istikharah)
16 September 2009
Sebuah Rumah
Sebuah rumah tengah aku bangun
Ditanah subur di kota kecil kelahiranku
Tanpa pagar dan pintu gerbang
Sebuah rumah yang ramah
Sebuah rumah tengah aku bangun
Ditengah cinta dihamparan tanah hidupku
Dikerimbunan pohon mangga dan kelengkeng
Dikesejukan kejernihan mata air cipasung
Sebuah cinta di sebuah rumah yang aku bangun
Walau berkusen kayu jati bekas
Namun rumah cintaku akan berdiri tegak
Menopang harap dan cita hidupku
Jakarta, 16 September 2009
(sebuah rumah untuk si kecil rasyad dan khanza dari umi)
Ditanah subur di kota kecil kelahiranku
Tanpa pagar dan pintu gerbang
Sebuah rumah yang ramah
Sebuah rumah tengah aku bangun
Ditengah cinta dihamparan tanah hidupku
Dikerimbunan pohon mangga dan kelengkeng
Dikesejukan kejernihan mata air cipasung
Sebuah cinta di sebuah rumah yang aku bangun
Walau berkusen kayu jati bekas
Namun rumah cintaku akan berdiri tegak
Menopang harap dan cita hidupku
Jakarta, 16 September 2009
(sebuah rumah untuk si kecil rasyad dan khanza dari umi)
Melupakanmu
Melupakanmu adalah perjuangan
Walau itu suatu keniscayaan
Bukankah aku yang meminta
Perih...tapi itu sebuah keputusan
Menjalani hari-hari tanpamu adalah kesedihan
Namun tidak ada pilihan bagiku
Walau itu bukan pilihanmu
Dan engkau menerima dengan keterpaksaan
Ramadhan berlalu tanpa hadirmu
Lebaranpun kembali tanpa dirimu
Aku menutup rinduku untukmu
Melupakanmu adalah kekalahanku
Jakarta, 16 September 2009
Walau itu suatu keniscayaan
Bukankah aku yang meminta
Perih...tapi itu sebuah keputusan
Menjalani hari-hari tanpamu adalah kesedihan
Namun tidak ada pilihan bagiku
Walau itu bukan pilihanmu
Dan engkau menerima dengan keterpaksaan
Ramadhan berlalu tanpa hadirmu
Lebaranpun kembali tanpa dirimu
Aku menutup rinduku untukmu
Melupakanmu adalah kekalahanku
Jakarta, 16 September 2009
Syukur
Ketika sebagian diriku luruh pada keadaan
Sebagian diriku yang lain berontak
Kelelahan yang mendera
Seakan tidak menjadikannya jera
Karena hidup tidak untuk menyerah
Walau harapan telah berserak
Ketika sebagian diriku ingin berlalu
Melalui keping-keping bisu
Gemuruh dalam dadaku berseru
Karena hidup tidak untuk mengaduh
Tidak pula untuk beradu
Atau untuk berseteru
Berikan hatimu segenggam kasih
Membalut kesedihan dengan senyuman
Hidup adalah keindahan
Walau harus kujalani dalam kesendirian
Jadikan lagumu senandung suci
Bersyukur pada Ilahi...
Jakarta, 16 September 2009
Sebagian diriku yang lain berontak
Kelelahan yang mendera
Seakan tidak menjadikannya jera
Karena hidup tidak untuk menyerah
Walau harapan telah berserak
Ketika sebagian diriku ingin berlalu
Melalui keping-keping bisu
Gemuruh dalam dadaku berseru
Karena hidup tidak untuk mengaduh
Tidak pula untuk beradu
Atau untuk berseteru
Berikan hatimu segenggam kasih
Membalut kesedihan dengan senyuman
Hidup adalah keindahan
Walau harus kujalani dalam kesendirian
Jadikan lagumu senandung suci
Bersyukur pada Ilahi...
Jakarta, 16 September 2009
28 Agustus 2009
Ya Ramadhan
Ya Ramadhan...
Kusambut hadirmu dengan jiwa yang bergetar
Penuh harap dan kecemasan yang berbaur dalam tetes-tetes kegelisahan
Aku takut tidak mampu menapaki hari-hari suci-Mu
Hingga sampai ke kolam kejernihan bulan-Mu
Diriku berbalut dosa...jiwaku penuh noda
Adakah air wudhu mampu menghapus kekotoran dan kehinaanku?
Hingga aku pantas untuk hadir dalam Ramadhan-Mu
Hatiku pilu...takutku menggunung ketika aku menyadari
Terlalu banyak waktu yang tersia-sia
Ya Ramadhan...
Adakah engkau menerima jiwa yang terlunta?
Aku ingin kembali kepada-Mu
Berharap kemurahan dihari-hari-Mu
Biarkan kegelisahan ini mendapat jawaban
Biarkan penderitaan ini berbuah kesabaran
Biarkan pengharapan ini menjadi kenyataan
Lapar dan dahaga akankah mampu membasuh kecewa?
Ruku dan sujud akankah mampu hapuskan resah?
Tasbih dan Tahmid...Dzikir dan Do’a akankan mampu hilangkan gelisah?
Lantunan ayat-ayat-Mu akankah mampu hilangkan derita?
Ya Ramadhan...
Aku hanya bisa berharap rahmat-Mu
Aku hanya bisa memohon ampunan-Mu
Aku hanya bisa meminta kemurahan-Mu
Di Ramadhan-Mu yang suci
Hanya kasih sayang-Mu yang mampu selamatkan hidupku
Jakarta, 22 Agustus 2009
Kusambut hadirmu dengan jiwa yang bergetar
Penuh harap dan kecemasan yang berbaur dalam tetes-tetes kegelisahan
Aku takut tidak mampu menapaki hari-hari suci-Mu
Hingga sampai ke kolam kejernihan bulan-Mu
Diriku berbalut dosa...jiwaku penuh noda
Adakah air wudhu mampu menghapus kekotoran dan kehinaanku?
Hingga aku pantas untuk hadir dalam Ramadhan-Mu
Hatiku pilu...takutku menggunung ketika aku menyadari
Terlalu banyak waktu yang tersia-sia
Ya Ramadhan...
Adakah engkau menerima jiwa yang terlunta?
Aku ingin kembali kepada-Mu
Berharap kemurahan dihari-hari-Mu
Biarkan kegelisahan ini mendapat jawaban
Biarkan penderitaan ini berbuah kesabaran
Biarkan pengharapan ini menjadi kenyataan
Lapar dan dahaga akankah mampu membasuh kecewa?
Ruku dan sujud akankah mampu hapuskan resah?
Tasbih dan Tahmid...Dzikir dan Do’a akankan mampu hilangkan gelisah?
Lantunan ayat-ayat-Mu akankah mampu hilangkan derita?
Ya Ramadhan...
Aku hanya bisa berharap rahmat-Mu
Aku hanya bisa memohon ampunan-Mu
Aku hanya bisa meminta kemurahan-Mu
Di Ramadhan-Mu yang suci
Hanya kasih sayang-Mu yang mampu selamatkan hidupku
Jakarta, 22 Agustus 2009
27 Agustus 2009
Ramadhan-ku
Berdebar harap dalam curahan dzikir
Berkhusyu dalam ruku dan sujud
Mencari ketenangan jiwa dalam tadarus
Ya Ramadhan...hantarkan aku untuk meraih ridho-Mu
Menjaga tutur kata untuk tetap terjaga
Menjaga hati untuk tetap bertasbih
Menjaga tatapan untuk puasa dari dosa
Ya Ramadhan...hantarkan aku untuk meraih kasih-Mu
Jangan biarkan aku menyesali
Karena telah menyia-nyiakan Ramadhan-ku
Biarkan lirihku menjadi do’a, biarkan tangisanku menjadi sesal
Ya Ramadhan...hantarkan aku untuk meraih cinta-Mu
Jakarta, 27 Agustus 2009
Berkhusyu dalam ruku dan sujud
Mencari ketenangan jiwa dalam tadarus
Ya Ramadhan...hantarkan aku untuk meraih ridho-Mu
Menjaga tutur kata untuk tetap terjaga
Menjaga hati untuk tetap bertasbih
Menjaga tatapan untuk puasa dari dosa
Ya Ramadhan...hantarkan aku untuk meraih kasih-Mu
Jangan biarkan aku menyesali
Karena telah menyia-nyiakan Ramadhan-ku
Biarkan lirihku menjadi do’a, biarkan tangisanku menjadi sesal
Ya Ramadhan...hantarkan aku untuk meraih cinta-Mu
Jakarta, 27 Agustus 2009
10 Agustus 2009
Tak Gendong
Sahabat, siapakah saat ini yang tidak mengenal lagu mbah surip “tak gendong”....sebuah lagu dengan lirik yang sederhana, namun ketika kurenungkan dibalik kesederhanaan liriknya tersembunyi makna yang terasa menggelitik dan menggugat kehidupan yang kujalani.
“Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana”....Tahukah sahabat, dalam menjalani kehidupan aku seringkali menggendong beban kemana-mana hal-hal yang menjadikan hidup berat karenanya. Beban yang seharusnya kutanggalkan dan kubuang, tetapi mengapa aku terlalu sayang untuk berpisah dari beban itu. Jadilah aku menggendongnya kemanapun aku pergi, sehingga kaki menjadi sulit melangkah, badan menjadi cepat lelah dan pikiran menjadi cepat kusut.
Beban itu berupa kemarahan, kedengkian, irihati, kecemasan, kebohongan, kekuatiran, dan ketamakan. Sesungguhnya aku telah berlaku tidak adil pada diri sendiri, karena memaksa diri menanggung beban yang bukan menjadi kewajibannya. Seorang sahabat mengatakan padaku, seandaikan kau tanggalkan beban itu maka kau bisa berlari dan melesat terbang.
Sahabat, lagu mbah surip yang sederhana itu membuat aku memahami, bagaimana seharusnya aku menjalani hidup. Cukuplah aku menggendong hal-hal yang aku perlukan saja, tidak ada lagi kemarahan, kesedihan, kekuatiran, sakit hati, kecemasan, serta beribu pikiran buruk lainnya. Benarlah, ketika beban itu aku buang, memang hidup terasa terang dan lapang. Cukuplah aku menggendong kasih dan sayang dalam hidupku..Insya Allah.
Jakarta, 10 Agustus 2009
“Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana”....Tahukah sahabat, dalam menjalani kehidupan aku seringkali menggendong beban kemana-mana hal-hal yang menjadikan hidup berat karenanya. Beban yang seharusnya kutanggalkan dan kubuang, tetapi mengapa aku terlalu sayang untuk berpisah dari beban itu. Jadilah aku menggendongnya kemanapun aku pergi, sehingga kaki menjadi sulit melangkah, badan menjadi cepat lelah dan pikiran menjadi cepat kusut.
Beban itu berupa kemarahan, kedengkian, irihati, kecemasan, kebohongan, kekuatiran, dan ketamakan. Sesungguhnya aku telah berlaku tidak adil pada diri sendiri, karena memaksa diri menanggung beban yang bukan menjadi kewajibannya. Seorang sahabat mengatakan padaku, seandaikan kau tanggalkan beban itu maka kau bisa berlari dan melesat terbang.
Sahabat, lagu mbah surip yang sederhana itu membuat aku memahami, bagaimana seharusnya aku menjalani hidup. Cukuplah aku menggendong hal-hal yang aku perlukan saja, tidak ada lagi kemarahan, kesedihan, kekuatiran, sakit hati, kecemasan, serta beribu pikiran buruk lainnya. Benarlah, ketika beban itu aku buang, memang hidup terasa terang dan lapang. Cukuplah aku menggendong kasih dan sayang dalam hidupku..Insya Allah.
Jakarta, 10 Agustus 2009
06 Agustus 2009
De El
Ada magnit dalam kata sederhana
Yang dinanti dan ditunggu kehadirannya
Setiap orang merasa berhak mendapatkannya
Cenderung mengabaikan kewajiban yang terkandung didalamnya
Sering menjadi sumber perpecahan
Menimbulkan kecemburuan sekaligus keprihatinan
Demi perburuan memilih sasaran empuk
Agar pundi pundi lebih cepat menggelembung
Sungguh menyedihkan ketika kue de el diperebutkan
Oleh mereka yang tak pernah merasa cukup
Hingga tak lagi peduli
Ketika sebagian hanya menjadi penonton belaka
Jakarta, 6 Agustus 2009
Yang dinanti dan ditunggu kehadirannya
Setiap orang merasa berhak mendapatkannya
Cenderung mengabaikan kewajiban yang terkandung didalamnya
Sering menjadi sumber perpecahan
Menimbulkan kecemburuan sekaligus keprihatinan
Demi perburuan memilih sasaran empuk
Agar pundi pundi lebih cepat menggelembung
Sungguh menyedihkan ketika kue de el diperebutkan
Oleh mereka yang tak pernah merasa cukup
Hingga tak lagi peduli
Ketika sebagian hanya menjadi penonton belaka
Jakarta, 6 Agustus 2009
05 Agustus 2009
Karam
Badai kegelisahan hantamkan jiwa dalam karang kehancuran
Memecah kehormatan meluluh lantakan kepercayaan
Maafkan, jika hari ini aku kalah
Menyerah pada rengkuhan kebimbangan
Tak mampu melawan gelombang kemurkaan
Hingga harga diri karam dalam lautan kehidupan
Duduk termenung dibibir tebing kesunyian
Berharap terjangan taufan hempaskan keraguan
Biarkan sejenak, aku pamit pada cahaya bintang
Beri kesempatan diri menata hati mengasah jiwa
Merajut harga diri yang terkoyak
Hingga fajar pagi hadirkan kehangatan harapan
Jakarta, 4 Agustus 2009
30 Juni 2009
Antara aku dan kamu
Aku menyayangimu
Saat aku mampu tak meminta perhatianmu
Aku mengasihimu
Saat aku mampu untuk melepaskan dirimu
Aku memilikimu
Saat aku mampu memberikan kebebasan padamu
Aku mencintaimu
Saat aku mampu memberikan pilihan untukmu
Aku merindukanmu
Saat aku mampu menghantar kepergianmu
Aku mempercayaimu
Saat aku mampu membiarkanmu kemudikan hidupmu
(Gorontalo, 27 juni 2009)
Saat aku mampu tak meminta perhatianmu
Aku mengasihimu
Saat aku mampu untuk melepaskan dirimu
Aku memilikimu
Saat aku mampu memberikan kebebasan padamu
Aku mencintaimu
Saat aku mampu memberikan pilihan untukmu
Aku merindukanmu
Saat aku mampu menghantar kepergianmu
Aku mempercayaimu
Saat aku mampu membiarkanmu kemudikan hidupmu
(Gorontalo, 27 juni 2009)
Tanah Gorontalo
Tanah ini berbalut kebeningan cinta dan harapan
Dalam dekapan pegunungan dan lautan lepas
Pagi hari sudut kota tua terasa lamban bergerak
Keheningan malam terbawa hingga matahari sepenggalan galah
Geliat kota perlihatkan keelokan dara jelita
Luluh mega-mega dalam siang yang bersahabat
Gedung megah diperbukitan nampak ramah
Bukan hanya milik para penguasa
Siang dan malam selalu terbuka
Tanpa halangan terima kehadiran hamba sahaya
Sungguh pengalaman indah yang sarat makna
Tanah Gorontalo, ditanah ini aku mengerti arti sebuah kenyamanan
(Gorontalo, 26 juni 2009; kantor gubernuran yang megah terbuka untuk umum dimalam hari, menjadi tempat rekreasi bagi rakyat kebanyakan, tidak ada lagi jarak antara penguasa dan rakyatnya)
Dalam dekapan pegunungan dan lautan lepas
Pagi hari sudut kota tua terasa lamban bergerak
Keheningan malam terbawa hingga matahari sepenggalan galah
Geliat kota perlihatkan keelokan dara jelita
Luluh mega-mega dalam siang yang bersahabat
Gedung megah diperbukitan nampak ramah
Bukan hanya milik para penguasa
Siang dan malam selalu terbuka
Tanpa halangan terima kehadiran hamba sahaya
Sungguh pengalaman indah yang sarat makna
Tanah Gorontalo, ditanah ini aku mengerti arti sebuah kenyamanan
(Gorontalo, 26 juni 2009; kantor gubernuran yang megah terbuka untuk umum dimalam hari, menjadi tempat rekreasi bagi rakyat kebanyakan, tidak ada lagi jarak antara penguasa dan rakyatnya)
29 Juni 2009
Aku dan diammu
Aku tak sanggup lagi meniti perjalanan yang rumit ini
Bukan karena aku lelah dalam penantian panjang tak berujung
Aku nyaris tak punya lagi asa yang tersisa
Tak ada lagi yang dapat kau berikan tanpa membuatmu terluka
Aku mencoba melaluinya dengan perih yang ada
Akupun hentikan langkahku dan kau tergagap
Padahal kau tahu, kita tak lagi ada diperahu yang sama
Mengapa tak kau biarkan aku nyanyikan laguku sendiri
Kemanakah gerangan kemudi akan kau arahkan
Dimana mimpimu kau tautkan
Diantara bukit-bukit harapan, adakah yang tersia-sia
Aku tak pernah tahu, karena yang ada hanya diammu
(jakarta, 29 juni 2009; terinspirasi dari sulitnya membuat keputusan dalam keputus-asaan)
Bukan karena aku lelah dalam penantian panjang tak berujung
Aku nyaris tak punya lagi asa yang tersisa
Tak ada lagi yang dapat kau berikan tanpa membuatmu terluka
Aku mencoba melaluinya dengan perih yang ada
Akupun hentikan langkahku dan kau tergagap
Padahal kau tahu, kita tak lagi ada diperahu yang sama
Mengapa tak kau biarkan aku nyanyikan laguku sendiri
Kemanakah gerangan kemudi akan kau arahkan
Dimana mimpimu kau tautkan
Diantara bukit-bukit harapan, adakah yang tersia-sia
Aku tak pernah tahu, karena yang ada hanya diammu
(jakarta, 29 juni 2009; terinspirasi dari sulitnya membuat keputusan dalam keputus-asaan)
25 Juni 2009
Mawar cintaku
Kusimpan cintamu di kuntum mawar hatiku
Kujaga hingga kelopak mawar merekah
Biarkan butiran embun singgah dikelopak nan indah
Jadikan mutiara cinta berkilau di pagi yang cerah
Ketika kelopak mawar mengering dan luruh
Kusimpan cintamu diruang bathinku
Biarkan harumnya penuhi rongga jiwaku
Tebarkan benih asa dikegersangan hatiku
Cintamu tumbuh subur dipadang hidupku
Kurawat dengan kasih yang tulus
Tak lagi kubiarkan cintamu pergi
Walau cintamu tidak selalu dapat kumengerti
(Jakarta, 25 juni 2009...untuk-mu, aku mencoba mengerti arti cinta-mu)
Kujaga hingga kelopak mawar merekah
Biarkan butiran embun singgah dikelopak nan indah
Jadikan mutiara cinta berkilau di pagi yang cerah
Ketika kelopak mawar mengering dan luruh
Kusimpan cintamu diruang bathinku
Biarkan harumnya penuhi rongga jiwaku
Tebarkan benih asa dikegersangan hatiku
Cintamu tumbuh subur dipadang hidupku
Kurawat dengan kasih yang tulus
Tak lagi kubiarkan cintamu pergi
Walau cintamu tidak selalu dapat kumengerti
(Jakarta, 25 juni 2009...untuk-mu, aku mencoba mengerti arti cinta-mu)
23 Juni 2009
Harapan dalam do'a
Telah kurasakan hadirmu
Dalam dekap malam berselimut cahaya bulan
Kuhamparkan permadani cinta untukmu
Kulantunkan tembang rindu untukmu
Gerbang asmara menantimu
Rangkaian do’a menyertaimu
Jalinan kasih diantara kau dan aku
Tak akan tenggelam dalam ruang penantian
Kekasih
Aku belum tahu siapa dan dimana dirimu
Namun, kemurnian cinta mengantarku kepadamu
Ketulusan hati membawaku kepadamu
Kutunggu dirimu.....
(pontianak, 22 juni 2009....untuk adikku tersayang; bersabarlah rangkaian do’a yang tulus akan membawamu kepada cintanya)
Dalam dekap malam berselimut cahaya bulan
Kuhamparkan permadani cinta untukmu
Kulantunkan tembang rindu untukmu
Gerbang asmara menantimu
Rangkaian do’a menyertaimu
Jalinan kasih diantara kau dan aku
Tak akan tenggelam dalam ruang penantian
Kekasih
Aku belum tahu siapa dan dimana dirimu
Namun, kemurnian cinta mengantarku kepadamu
Ketulusan hati membawaku kepadamu
Kutunggu dirimu.....
(pontianak, 22 juni 2009....untuk adikku tersayang; bersabarlah rangkaian do’a yang tulus akan membawamu kepada cintanya)
22 Juni 2009
Rumah kenangan
Menelusuri jalanan kota Pontianak
Seakan menelusuri kehidupan masa lalu
Mozaik perjalanan hidup yang kulalui
Semua tertinggal di rumah kenangan
Puri indah adalah rumah kenangan
Yang kubangun untuk masa depan
Saksi bisu hari-hari muram penuh rintangan
Saksi bisu hari-hari sulit penuh tantangan
Ketika rumah kenangan beralih tangan
Kutitipkan rumah bersama kenangannya
Biarlah aku pergi tanpa beban
Membangun rumah masa depan di tanah harapan
(pontianak, 21 juni 2009...untuk seorang ibu yang dengan penuh cinta merawat rumah kenangan; terimakasih setiap kali aku datang selalu mengijinkanku merasakan kenangan itu)
Seakan menelusuri kehidupan masa lalu
Mozaik perjalanan hidup yang kulalui
Semua tertinggal di rumah kenangan
Puri indah adalah rumah kenangan
Yang kubangun untuk masa depan
Saksi bisu hari-hari muram penuh rintangan
Saksi bisu hari-hari sulit penuh tantangan
Ketika rumah kenangan beralih tangan
Kutitipkan rumah bersama kenangannya
Biarlah aku pergi tanpa beban
Membangun rumah masa depan di tanah harapan
(pontianak, 21 juni 2009...untuk seorang ibu yang dengan penuh cinta merawat rumah kenangan; terimakasih setiap kali aku datang selalu mengijinkanku merasakan kenangan itu)
21 Juni 2009
Awan putih
Kerinduanku padamu adalah keindahan
Seindah lautan awan putih diangkasa
Hingga kelebur kerinduanku bersamanya
Berharap ketika tetes hujan turun dari tubuhnya
Kau akan merasakan kedalaman rinduku
Sampai ke sudut jiwamu
Kecintaanku padamu adalah kelembutan
Selembut permadani awan putih diangkasa
Hingga kelebur kecintaanku bersamanya
Berharap ketika angin menghembus dirinya
Kau akan merasakan kedalaman cintaku
Sampai ke sudut hatimu
Putih...putih...putih...
lautan awan putih...sejauh mata, hanya berbatas cakrawala
Kekasih...adakah yang lebih indah
Selain aku mengenal-Mu
(Ketika berada di atas lautan awan, 20 juni 2009....untuk ade, ada kerinduan yang tak terbantahkan)
Seindah lautan awan putih diangkasa
Hingga kelebur kerinduanku bersamanya
Berharap ketika tetes hujan turun dari tubuhnya
Kau akan merasakan kedalaman rinduku
Sampai ke sudut jiwamu
Kecintaanku padamu adalah kelembutan
Selembut permadani awan putih diangkasa
Hingga kelebur kecintaanku bersamanya
Berharap ketika angin menghembus dirinya
Kau akan merasakan kedalaman cintaku
Sampai ke sudut hatimu
Putih...putih...putih...
lautan awan putih...sejauh mata, hanya berbatas cakrawala
Kekasih...adakah yang lebih indah
Selain aku mengenal-Mu
(Ketika berada di atas lautan awan, 20 juni 2009....untuk ade, ada kerinduan yang tak terbantahkan)
20 Juni 2009
Selalu ada cinta untukmu
Aku tak peduli
Walau kau pergi tanpa pamit
Walau kau menghilang tanpa kata
Selalu ada kasih untukmu
Aku tak peduli
Walau kau melupakan aku
Walau kau membiarkan aku
Selalu ada sayang untukmu
Karena kau bukan sekedar teman
Karena kau bukan sekedar sahabat
Karena kau bukan sekedar tempat curhat
Tapi kau membuatku tetap berharap
Tapi kini aku peduli
Bukan karena kau kembali
Tapi karena aku memahami
Selalu ada cinta untukmu
(Jakarta, 20 juni 2009....untuk sahabatku yang menghilang begituuuuu lamaaaa...selalu ada cinta untukmu)
Walau kau pergi tanpa pamit
Walau kau menghilang tanpa kata
Selalu ada kasih untukmu
Aku tak peduli
Walau kau melupakan aku
Walau kau membiarkan aku
Selalu ada sayang untukmu
Karena kau bukan sekedar teman
Karena kau bukan sekedar sahabat
Karena kau bukan sekedar tempat curhat
Tapi kau membuatku tetap berharap
Tapi kini aku peduli
Bukan karena kau kembali
Tapi karena aku memahami
Selalu ada cinta untukmu
(Jakarta, 20 juni 2009....untuk sahabatku yang menghilang begituuuuu lamaaaa...selalu ada cinta untukmu)
Daun
Hijau tajukmu berikan keteduhan
Naungi insan dari sengat panas matahari
Kau tak peduli akan panas dan hujan
Tetap bertahan dari hari ke hari
Tatkala sang bayu membelai dirimu
Nyanyian alampun mengalun lirih nan jernih
Itulah dzikirmu kepada yang maha abadi
Persembahan hati yang tulus suci
Ketika hijaumu luruh berganti
Kau rela gugur ke bumi
Berikan ragamu kepada pertiwi
Demi kehidupan baru yang menanti
(jakarta, 20 juni 2009...belajarlah pada alam tentang keikhlasan)
Naungi insan dari sengat panas matahari
Kau tak peduli akan panas dan hujan
Tetap bertahan dari hari ke hari
Tatkala sang bayu membelai dirimu
Nyanyian alampun mengalun lirih nan jernih
Itulah dzikirmu kepada yang maha abadi
Persembahan hati yang tulus suci
Ketika hijaumu luruh berganti
Kau rela gugur ke bumi
Berikan ragamu kepada pertiwi
Demi kehidupan baru yang menanti
(jakarta, 20 juni 2009...belajarlah pada alam tentang keikhlasan)
15 Juni 2009
Sunway 2
Jalanan lengang di subuh yang tenang
Langit timur memerah menyapa pagi yang cerah
Sang piramyd nampak megah dalam sikap yang gagah
Tunaikan tugas mengawal hari penuh berkah
Sunway,
Dipagi yang sunyi, berikan kesempatan menelusuri lorong hati
Berjalan sendiri mencari makna jati diri
Sampai dititik yang tersembunyi
Mencoba memahami cinta yang hadir dari lubuk sanubari
Sunway,
Diantara kebisuan jalanan dan tarian bougenville ungu
Ada rindu yang mengalun merdu dikalbu
Rindu kepada kekasih-ku
Kekasih-ku tempat ku mengadu
(sunway, 14 juni 2009....terimakasih padamu; dari ivi untuk ade)
Langit timur memerah menyapa pagi yang cerah
Sang piramyd nampak megah dalam sikap yang gagah
Tunaikan tugas mengawal hari penuh berkah
Sunway,
Dipagi yang sunyi, berikan kesempatan menelusuri lorong hati
Berjalan sendiri mencari makna jati diri
Sampai dititik yang tersembunyi
Mencoba memahami cinta yang hadir dari lubuk sanubari
Sunway,
Diantara kebisuan jalanan dan tarian bougenville ungu
Ada rindu yang mengalun merdu dikalbu
Rindu kepada kekasih-ku
Kekasih-ku tempat ku mengadu
(sunway, 14 juni 2009....terimakasih padamu; dari ivi untuk ade)
Sunway
Kami datang dari negeri seberang
Bukan tanpa tantangan dan halangan
Adalah harapan masa depan
Yang mengantar perjalanan sarat pengalaman
Sunway...
Dimana cita mendapat kesempatan berkembang
Untuk merenda hari-hari dengan berjuang
Tak perlu gentar jika bergandeng tangan
Taklukan kebimbangan untuk kemenangan
(sunway, 13 juni 2009...2nd anniversary xango)
Bukan tanpa tantangan dan halangan
Adalah harapan masa depan
Yang mengantar perjalanan sarat pengalaman
Sunway...
Dimana cita mendapat kesempatan berkembang
Untuk merenda hari-hari dengan berjuang
Tak perlu gentar jika bergandeng tangan
Taklukan kebimbangan untuk kemenangan
(sunway, 13 juni 2009...2nd anniversary xango)
Hadirmu
Aku tidak pernah tahu artiku untukmu
Aku tidak pernah mengerti hadirku untukmu
Dan mungkin aku tidak perlu tahu adaku untukmu
Yang kutahu dan kumengerti arti hadirmu untukku
Aku tidak menyesal pernah mengenalmu
Aku tidak kecewa tidak memiliki cintamu
Dan mungkin aku tidak perlu menyesal pernah kehilanganmu
Yang kutahu kini kau kembali walau tidak kumiliki
(sunway, 12 juni 2009...dari ivi untuk ade)
Aku tidak pernah mengerti hadirku untukmu
Dan mungkin aku tidak perlu tahu adaku untukmu
Yang kutahu dan kumengerti arti hadirmu untukku
Aku tidak menyesal pernah mengenalmu
Aku tidak kecewa tidak memiliki cintamu
Dan mungkin aku tidak perlu menyesal pernah kehilanganmu
Yang kutahu kini kau kembali walau tidak kumiliki
(sunway, 12 juni 2009...dari ivi untuk ade)
11 Juni 2009
Terbanglah merpatiku
Terbanglah tinggi merpatiku
Setinggi impian yang ingin kau raih
Lepaskan sukmamu dari belenggu jiwaku
Temukan warnamu diindahnya pelangi
Terbanglah jauh merpatiku
Sejauh harapan yang ingin kau genggam
Lepaskan jiwamu dari jeruji hatiku
Temukan bahagiamu dibirunya langit
Terbanglah bebas merpatiku
Sebebas cinta yang ingin kau rengkuh
Lepaskan dirimu dari sangkar bathinku
Temukan asamu diputihnya awan
Jangan kau lelah kepakan sayap kasihmu
Sampai kau temukan rumah cinta kekasihmu
Kutitipkan hasrat dan mimpiku padamu
Dimasa lalu dan di masa yang akan datang
(jakarta, 10 juni 2009...sebentuk rasa untuk pengembara hati...untuk menghormatimu)
Setinggi impian yang ingin kau raih
Lepaskan sukmamu dari belenggu jiwaku
Temukan warnamu diindahnya pelangi
Terbanglah jauh merpatiku
Sejauh harapan yang ingin kau genggam
Lepaskan jiwamu dari jeruji hatiku
Temukan bahagiamu dibirunya langit
Terbanglah bebas merpatiku
Sebebas cinta yang ingin kau rengkuh
Lepaskan dirimu dari sangkar bathinku
Temukan asamu diputihnya awan
Jangan kau lelah kepakan sayap kasihmu
Sampai kau temukan rumah cinta kekasihmu
Kutitipkan hasrat dan mimpiku padamu
Dimasa lalu dan di masa yang akan datang
(jakarta, 10 juni 2009...sebentuk rasa untuk pengembara hati...untuk menghormatimu)
09 Juni 2009
Ijinkan aku mencintai
Ada kerinduan yang sulit kucerna
Menyeruak diam-diam didalam sukma
Terbawa semilir angin di penggalan senja
Apakah ini nyata atau hanya angan semata
Ada keindahan yang sulit kukatakan
Getaran jiwa yang tak pernah kubayangkan
Yang kusampaikan dalam bahasa rasa
Yang akan tetap kujaga hingga akhir masa
Ada kegetiran yang sulit kumengerti
Menelisik hati yang lama dalam sepi
Kuharap kau mengerti aku tak ingin lagi sendiri
Ijinkan aku mencintai dari lubuk sanubari
(Jakarta, 9 Juni 2009...dipenggalan senja, matahari tetap indah)
Menyeruak diam-diam didalam sukma
Terbawa semilir angin di penggalan senja
Apakah ini nyata atau hanya angan semata
Ada keindahan yang sulit kukatakan
Getaran jiwa yang tak pernah kubayangkan
Yang kusampaikan dalam bahasa rasa
Yang akan tetap kujaga hingga akhir masa
Ada kegetiran yang sulit kumengerti
Menelisik hati yang lama dalam sepi
Kuharap kau mengerti aku tak ingin lagi sendiri
Ijinkan aku mencintai dari lubuk sanubari
(Jakarta, 9 Juni 2009...dipenggalan senja, matahari tetap indah)
06 Juni 2009
FOR GET ME NOT

Engkau kecil dibandingkan hamparan rerumputan
Namun setiap kemunculanmu selalu menjanjikan
harapan bagi semua penghuni dataran
Keberadaanmu seakan hiasan
diantara kekosongan padang kehidupan
Daunmu tegas keras tak rapuh
Menopang bunga mungil berwarna ungu
Tersembul menyeruak hijaunya perdu
Menyongsong nyanyian merdu
burung-burung yang kerap berlalu
Engkau disana
hanya semusim
Semusim yang sangat berarti
Forget Me Not...
and I Will Not...
karena kau pasti muncul kembali
Seperti tahun tahun yang telah berlalu
dan juga tahun-tahun mendatang
Jakarta, 5 Juni 2009
Dari Ade untuk Ade
Namun setiap kemunculanmu selalu menjanjikan
harapan bagi semua penghuni dataran
Keberadaanmu seakan hiasan
diantara kekosongan padang kehidupan
Daunmu tegas keras tak rapuh
Menopang bunga mungil berwarna ungu
Tersembul menyeruak hijaunya perdu
Menyongsong nyanyian merdu
burung-burung yang kerap berlalu
Engkau disana
hanya semusim
Semusim yang sangat berarti
Forget Me Not...
and I Will Not...
karena kau pasti muncul kembali
Seperti tahun tahun yang telah berlalu
dan juga tahun-tahun mendatang
Jakarta, 5 Juni 2009
Dari Ade untuk Ade
Cinta untukmu
Cinta itu ada bukan karena diminta
Cinta itu ada tidak untuk sia-sia
Namun, seringkali cinta menjadi tidak bermakna
Manakala cinta terjebak dalam kepentingan dunia
Cinta itu hadir tanpa harus dicari
Karena cinta sudah ada didalam diri
Namun, seringkali cinta sulit dimengerti
Manakala cinta dianggap sekedar ilusi
Cinta bukanlah keharusan melainkan keikhlasan
Cinta bukanlah pengorbanan melainkan kehormatan
Namun, seringkali cinta menjadi tuntutan
Manakala cinta berbaur dengan emosi
Cinta itu tidak pernah berawal
Karena cinta tidak pernah berakhir
Hanya dilubuk hati yang jernih,
Cinta-Mu menyentuh hidupku
(bandung, 6 juni 2009.. for : ek..suatu kehormatan bisa mencintaimu)
Cinta itu ada tidak untuk sia-sia
Namun, seringkali cinta menjadi tidak bermakna
Manakala cinta terjebak dalam kepentingan dunia
Cinta itu hadir tanpa harus dicari
Karena cinta sudah ada didalam diri
Namun, seringkali cinta sulit dimengerti
Manakala cinta dianggap sekedar ilusi
Cinta bukanlah keharusan melainkan keikhlasan
Cinta bukanlah pengorbanan melainkan kehormatan
Namun, seringkali cinta menjadi tuntutan
Manakala cinta berbaur dengan emosi
Cinta itu tidak pernah berawal
Karena cinta tidak pernah berakhir
Hanya dilubuk hati yang jernih,
Cinta-Mu menyentuh hidupku
(bandung, 6 juni 2009.. for : ek..suatu kehormatan bisa mencintaimu)
04 Juni 2009
Bunga Liar
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh di tengah belukar
Bertahan dari panas dan hujan
Bertahan dari badai dan topan
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh ditengah belukar
Hidupku berteman alam
Bukan didalam jambangan
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh ditengah belukar
Terbiasa hidup sukar
Bersahabat dengan tantangan
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh ditengah belukar
Yang mungkin tak kau sadari
Aku pernah ada dan abadi
(jakarta, 4 juni 2009.....untuk sahabatku toank wijaya)
Yang tumbuh di tengah belukar
Bertahan dari panas dan hujan
Bertahan dari badai dan topan
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh ditengah belukar
Hidupku berteman alam
Bukan didalam jambangan
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh ditengah belukar
Terbiasa hidup sukar
Bersahabat dengan tantangan
Aku hanyalah bunga liar
Yang tumbuh ditengah belukar
Yang mungkin tak kau sadari
Aku pernah ada dan abadi
(jakarta, 4 juni 2009.....untuk sahabatku toank wijaya)
03 Juni 2009
Topeng
Kutapaki jalan ini hampir tanpa pertanyaan
Senyuman hadir dalam kebisuan
Kubaurkan aroma bau keringat dalam bau parfum yang menyengat
Dimana jiwa telah tergadai
Oooooohhhhhh malam
Kunikmati kesendirian ini
Kunikmati bau keringat ini
Kunikmati kemerdekaan ini
Aaaaaahhhhh siang
Kemana kau sembunyikan malamku
Kau biarkan hadirkan senyum dalam kebisuan
Kau biarkan aroma bau keringat berbaur parfum yang menyengat
Dimana jiwa telah tergadai
Astagfirullah.....
(jakarta, mei 2004)
Senyuman hadir dalam kebisuan
Kubaurkan aroma bau keringat dalam bau parfum yang menyengat
Dimana jiwa telah tergadai
Oooooohhhhhh malam
Kunikmati kesendirian ini
Kunikmati bau keringat ini
Kunikmati kemerdekaan ini
Aaaaaahhhhh siang
Kemana kau sembunyikan malamku
Kau biarkan hadirkan senyum dalam kebisuan
Kau biarkan aroma bau keringat berbaur parfum yang menyengat
Dimana jiwa telah tergadai
Astagfirullah.....
(jakarta, mei 2004)
02 Juni 2009
Kota Palu
Pegunungan tegak berjajar bagaikan sang pengawal bagi
Lembah kering yang menghampar luas di tanah celebes
Matahari yang menyengat mengukuhkan keberadaannya di garis khatulistiwa
Namun, ketika hujan turun di sore hari kesegaran menyergap seluruh alam
Pagi yang cerah menyambut hari penuh harapan
Sang pengawal lembah tampak gagah dalam warna biru menghijau
Kicauan kutilang dan tarian burung gereja seakan
Melengkapi hadiah terindah dari sang pemilik lembah
Ada kenangan keramahan sahabat
Ada kenangan kelezatan ayam goreng celebes dan aroma ikan bakar
Ada kenangan sarung tenun donggala
Ada kenangan pohon jati di sidera
Kota Palu melengkapi hidupku untuk berterimakasih pada-Mu
(Palu, 2 juni 2009....kenangan di kota Palu)
Lembah kering yang menghampar luas di tanah celebes
Matahari yang menyengat mengukuhkan keberadaannya di garis khatulistiwa
Namun, ketika hujan turun di sore hari kesegaran menyergap seluruh alam
Pagi yang cerah menyambut hari penuh harapan
Sang pengawal lembah tampak gagah dalam warna biru menghijau
Kicauan kutilang dan tarian burung gereja seakan
Melengkapi hadiah terindah dari sang pemilik lembah
Ada kenangan keramahan sahabat
Ada kenangan kelezatan ayam goreng celebes dan aroma ikan bakar
Ada kenangan sarung tenun donggala
Ada kenangan pohon jati di sidera
Kota Palu melengkapi hidupku untuk berterimakasih pada-Mu
(Palu, 2 juni 2009....kenangan di kota Palu)
31 Mei 2009
Do'a dalam sakit
Cukup aku yang merasakan kesakitan ini
Cukup aku yang merasakan kenyerian ini
Cukup aku yang merasakan kepedihan ini
Aku terima semuanya, demi orang-orang yang kucintai
Kesakitan ini, kenyerian ini, dan kepedihan ini
Biarlah menjadi bagian hari-hariku, bagian kenikmatanku
Namun, kesakitan ini, kenyerian ini, dan kepedihan ini
Tidak akan pernah mampu menghancurkan harapanku
Sampai dimana batas kekuatanku, semua kuserahkan
Kepada sang pemilik sakit, kepada sang pemilik kekuatan
Sampai dimana batas kesabaranku, semua kuserahkan
Kepada sang pemilik waktu, kepada sang pemilik kesabaran
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara harapan
Yang kutahu, aku harus tetap memanjatkan syukur
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara usaha
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara do’a
(jakarta, nopember 2000..ketika berhasil bersahabat dengan rasa sakit, yang luar biasa...terimakasih pada-Mu aku masih bisa menulis)
Cukup aku yang merasakan kenyerian ini
Cukup aku yang merasakan kepedihan ini
Aku terima semuanya, demi orang-orang yang kucintai
Kesakitan ini, kenyerian ini, dan kepedihan ini
Biarlah menjadi bagian hari-hariku, bagian kenikmatanku
Namun, kesakitan ini, kenyerian ini, dan kepedihan ini
Tidak akan pernah mampu menghancurkan harapanku
Sampai dimana batas kekuatanku, semua kuserahkan
Kepada sang pemilik sakit, kepada sang pemilik kekuatan
Sampai dimana batas kesabaranku, semua kuserahkan
Kepada sang pemilik waktu, kepada sang pemilik kesabaran
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara harapan
Yang kutahu, aku harus tetap memanjatkan syukur
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara usaha
Yang kutahu, aku harus tetap memelihara do’a
(jakarta, nopember 2000..ketika berhasil bersahabat dengan rasa sakit, yang luar biasa...terimakasih pada-Mu aku masih bisa menulis)
Tanpa Judul
Engkau dahulu kukenal lewat bait puisi dan lembaran surat
Dalam usia muda belia dimana getar asmara terasa mencekat
Waktu yang berlalu tidak jua memupus asa yang pernah mencuat
Apakah pertemuan ini jawaban dari do’a-do’a yang kupanjat
Nyanyian angin di pucuk pohon alam cibodas selalu kuingat
Kidung alitmu yang terbawa gelombang ke separuh jagat
Adakah ini impian dipenghujung hari atau sekedar kenyataan sesaat
Rindu dendam berbaur cerita indah masa lalu yang masih lekat
Diantara tegur sapa dan canda tawa dua sahabat
Entahlah apakah kau tahu ada hati yang tersayat
Namun kini ada jawab pasti, rama-rama telah terbang melesat
Aku mengerti walau tidak kumiliki, cinta itu tetap erat
(bandung, akhir mei 2009...untuk sahabatku EK...semoga persahabatan kita tetap erat)
Dalam usia muda belia dimana getar asmara terasa mencekat
Waktu yang berlalu tidak jua memupus asa yang pernah mencuat
Apakah pertemuan ini jawaban dari do’a-do’a yang kupanjat
Nyanyian angin di pucuk pohon alam cibodas selalu kuingat
Kidung alitmu yang terbawa gelombang ke separuh jagat
Adakah ini impian dipenghujung hari atau sekedar kenyataan sesaat
Rindu dendam berbaur cerita indah masa lalu yang masih lekat
Diantara tegur sapa dan canda tawa dua sahabat
Entahlah apakah kau tahu ada hati yang tersayat
Namun kini ada jawab pasti, rama-rama telah terbang melesat
Aku mengerti walau tidak kumiliki, cinta itu tetap erat
(bandung, akhir mei 2009...untuk sahabatku EK...semoga persahabatan kita tetap erat)
30 Mei 2009
Cinta yang membisu
Perjalanan ini terasa semakin berat dan sarat beban
Akankah semua berakhir sampai disini?
Mampukah aku bangkit dari puing-puing kehidupan?
Mampukah aku melukis dilangit yang telah buram?
Haruskah aku duduk diam membisu menikmati rasa sakit?
Tangan ini sudah tidak berdaya...
Cobalah lihat langit! cobalah renungkan!
Dalam hitamnya langit malam, ada cinta yang tersembunyi
Dalam setiap bintang yang berpendar, ada cinta yang tersembunyi
Dalam birunya langit siang, ada cinta yang tersembunyi
Dalam setiap tetes air hujan yang turun, ada cinta yang tersembunyi
Dalam pergantian siang dan malam, ada cinta yang tersembunyi
Cobalah lihat bumi! cobalah renungkan!
Bukankah yang terkubur dibumi adalah bangkai,
sampah dan barang busuk lainnya
Namun apa yang diberikan bumi, adalah sumber kehidupan
Tumbuhan yang menghijau, bunga-bunga yang harum merekah,
bulir padi yang menguning, mata air yang menyegarkan
Semua ada karena cinta!
Perjalanan ini tidak akan berakhir sampai disini
Selalu ada cinta yang menyertai setiap langkahku
Selalu ada cinta yang membuatku bangkit berdiri
Selalu ada cinta yang menopang harapanku
Cinta-Mu yang telah lama aku lupakan
(pontianak, april 1995...ya Allah cinta-Mu ada dalam setiap tarikan nafasku)
Akankah semua berakhir sampai disini?
Mampukah aku bangkit dari puing-puing kehidupan?
Mampukah aku melukis dilangit yang telah buram?
Haruskah aku duduk diam membisu menikmati rasa sakit?
Tangan ini sudah tidak berdaya...
Cobalah lihat langit! cobalah renungkan!
Dalam hitamnya langit malam, ada cinta yang tersembunyi
Dalam setiap bintang yang berpendar, ada cinta yang tersembunyi
Dalam birunya langit siang, ada cinta yang tersembunyi
Dalam setiap tetes air hujan yang turun, ada cinta yang tersembunyi
Dalam pergantian siang dan malam, ada cinta yang tersembunyi
Cobalah lihat bumi! cobalah renungkan!
Bukankah yang terkubur dibumi adalah bangkai,
sampah dan barang busuk lainnya
Namun apa yang diberikan bumi, adalah sumber kehidupan
Tumbuhan yang menghijau, bunga-bunga yang harum merekah,
bulir padi yang menguning, mata air yang menyegarkan
Semua ada karena cinta!
Perjalanan ini tidak akan berakhir sampai disini
Selalu ada cinta yang menyertai setiap langkahku
Selalu ada cinta yang membuatku bangkit berdiri
Selalu ada cinta yang menopang harapanku
Cinta-Mu yang telah lama aku lupakan
(pontianak, april 1995...ya Allah cinta-Mu ada dalam setiap tarikan nafasku)
29 Mei 2009
MOLEK
Wahai Molek...........
Kala pagi sang putri bernyanyi
emban pun semua turut berdendang
Sang angin ikut menari
dan tanganmu nan hijau menggapai
seakan mengajak mentari bersuka
Wahai Molek...
Akankah kau indah lestari
dapatkah engkau berlari
menghindar jangkauan jari-jari manis
dari tangan penuh najis
Molek....
Aku sangsi...!!
8 April 1980
Kala pagi sang putri bernyanyi
emban pun semua turut berdendang
Sang angin ikut menari
dan tanganmu nan hijau menggapai
seakan mengajak mentari bersuka
Wahai Molek...
Akankah kau indah lestari
dapatkah engkau berlari
menghindar jangkauan jari-jari manis
dari tangan penuh najis
Molek....
Aku sangsi...!!
8 April 1980
27 Mei 2009
Gadis menangis
Gadis menangis disudut kepiluan
Menyesali cintanya yang tak sampai
Ada keperihan menusuk hatinya
Oh, haruskah engkau merana karena cinta
Gadis tak tahu mengapa tak jua datang kekasih
Berjuta cinta sudah dititipkan,
lewat hembusan angin, lewat gerimis hujan,
lewat tetesan embun, lewat sinar bulan
Gadis tak mengerti mengapa tak jua hadir kekasih
Berjuta rindu sudah dituangkan,
lewat bait-bait puisi, lewat berlembar-lembar surat
Adakah sang penyair lupa pada cintanya
(darmaga, april 1982...ketika kangen berat sampai nangis)
Menyesali cintanya yang tak sampai
Ada keperihan menusuk hatinya
Oh, haruskah engkau merana karena cinta
Gadis tak tahu mengapa tak jua datang kekasih
Berjuta cinta sudah dititipkan,
lewat hembusan angin, lewat gerimis hujan,
lewat tetesan embun, lewat sinar bulan
Gadis tak mengerti mengapa tak jua hadir kekasih
Berjuta rindu sudah dituangkan,
lewat bait-bait puisi, lewat berlembar-lembar surat
Adakah sang penyair lupa pada cintanya
(darmaga, april 1982...ketika kangen berat sampai nangis)
26 Mei 2009
Selamat Pagi Kekasih
Selamat pagi kekasih,
lihat cahaya matahari telah mengintip dijendela kamarku
Aku enggan beranjak dari tempat tidurku,
aku masih merasakan hangatnya pelukmu
Selamat pagi kekasih,
kehadiranmu dalam mimpiku semalam sungguh membuat aku bahagia
Senyummu masih tetap manis
Sorot matamu masih tetap hangat
Selamat pagi kekasih,
kumohon padamu,
hadirlah kembali nanti malam dalam mimpiku
Temani tidurku dengan kehangatan cintamu
(bogor, juni 1982...aku mimpi sang penyair hmmmm)
lihat cahaya matahari telah mengintip dijendela kamarku
Aku enggan beranjak dari tempat tidurku,
aku masih merasakan hangatnya pelukmu
Selamat pagi kekasih,
kehadiranmu dalam mimpiku semalam sungguh membuat aku bahagia
Senyummu masih tetap manis
Sorot matamu masih tetap hangat
Selamat pagi kekasih,
kumohon padamu,
hadirlah kembali nanti malam dalam mimpiku
Temani tidurku dengan kehangatan cintamu
(bogor, juni 1982...aku mimpi sang penyair hmmmm)
25 Mei 2009
Padang Suryakencana
Hamparan rumput hijau dan
gerumbulan edelweis padang suryakencana
ditingkahi suara deru angin subuh yang menusuk
seakan menyambutku di puncak pangrango
Semburat merah dilangit timur
pertanda fajar pagi
menyuruhku bersujud bersyukur pada Sang Pencipta
Ya Allah, terimakasihku pada-Mu
yang telah memberiku kekuatan untuk menikmati
keindahan ciptaan-Mu
Tak lupa kupanjatkan do’a untuk orang terkasih
Harapan terindah untuk ulang tahunmu
Hari ini genap usiamu duapuluh
Padang suryakencana menjadi saksi
Keabadian cintaku untukmu
(padang suryakencana, desember 1982...selamat ulang tahun pengembara hati)
gerumbulan edelweis padang suryakencana
ditingkahi suara deru angin subuh yang menusuk
seakan menyambutku di puncak pangrango
Semburat merah dilangit timur
pertanda fajar pagi
menyuruhku bersujud bersyukur pada Sang Pencipta
Ya Allah, terimakasihku pada-Mu
yang telah memberiku kekuatan untuk menikmati
keindahan ciptaan-Mu
Tak lupa kupanjatkan do’a untuk orang terkasih
Harapan terindah untuk ulang tahunmu
Hari ini genap usiamu duapuluh
Padang suryakencana menjadi saksi
Keabadian cintaku untukmu
(padang suryakencana, desember 1982...selamat ulang tahun pengembara hati)
Pecinta rahasia
Sang penyair, kita bersua kembali dalam pena
Adakah telah kau terima, kerinduanku yang kutitipkan
Lewat dinginnya malam, lewat cahaya bintang, lewat sinar rembulan
Biarlah rinduku padamu merasuki rongga dadaku,
Biarlah cintaku padamu hanya hatiku yang tahu,
Biarlah kasihku padamu tersimpan dalam singgasana jiwaku
Akulah pecinta rahasiamu, aku menanti hingga akhir hayatku.
Adakah telah kau terima, kerinduanku yang kutitipkan
Lewat dinginnya malam, lewat cahaya bintang, lewat sinar rembulan
Biarlah rinduku padamu merasuki rongga dadaku,
Biarlah cintaku padamu hanya hatiku yang tahu,
Biarlah kasihku padamu tersimpan dalam singgasana jiwaku
Akulah pecinta rahasiamu, aku menanti hingga akhir hayatku.
(darmaga, juli 1982...ketika jalan-jalan ke kaki gunung salak aku mengikuti bayangmu)
24 Mei 2009
Khayalan
Betapa tawar hidup tanpamu, betapa hambar rasa tanpamu
Hanya engkau yang mampu membuat mekarnya jiwa
Hanya engkau yang mampu bangkitkan gairah cintaku
Tapi mengapa engkau tak jua menjemputku
Tapi mengapa engkau tak jua datang meminangku
Mungkinkah harapan ini hanya tinggal harapan
Mungkinkah hidup bersamamu suatu kemustahilan
Aku menanti dirimu...disini sang penyair
Aku menanti dirimu..mengakhiri petualanganmu
Dan berharap ikatkan cinta dijemari hatiku
(darmaga, 1982....berkhayal dipinang sang penyair)
Hanya engkau yang mampu membuat mekarnya jiwa
Hanya engkau yang mampu bangkitkan gairah cintaku
Tapi mengapa engkau tak jua menjemputku
Tapi mengapa engkau tak jua datang meminangku
Mungkinkah harapan ini hanya tinggal harapan
Mungkinkah hidup bersamamu suatu kemustahilan
Aku menanti dirimu...disini sang penyair
Aku menanti dirimu..mengakhiri petualanganmu
Dan berharap ikatkan cinta dijemari hatiku
(darmaga, 1982....berkhayal dipinang sang penyair)
Sebuah permintaan
Kegelisahan ini tidak pernah berujung,
kegundahan ini tidak pernah berakhir
Kepada siapa aku berbagi,
ketika sepotong hati tercuri
Kepada siapa aku mengadu,
ketika segenap rasa terbawa
Kemana kau bawa pergi hatiku,
kemana kau bawa serta jiwaku
Pencuri budiman tolong aku,
bawalah juga cintaku
(darmaga, 1982...sedang sendiri diasrama dan berharap suratmu datang)
kegundahan ini tidak pernah berakhir
Kepada siapa aku berbagi,
ketika sepotong hati tercuri
Kepada siapa aku mengadu,
ketika segenap rasa terbawa
Kemana kau bawa pergi hatiku,
kemana kau bawa serta jiwaku
Pencuri budiman tolong aku,
bawalah juga cintaku
(darmaga, 1982...sedang sendiri diasrama dan berharap suratmu datang)
Rindu-ku
Kembali kususuri jalan ini,
dalam rintik gerimis hujan
Adakah kau tahu sang penyair,
diantara tetes air hujan ini kudengar lagumu,
lantunkan cinta kita dalam bahasa rasa
Ah sang penyair, gemuruh rindu dalam dada
Adakah terdengar olehmu
Usaikah cerita cinta yang tak pernah bermula?
Aku masih menunggumu, disini dijalan ini
Semoga kekuatan cinta mempertemukan kita
(darmaga, 1982...ketika kuberjalan ditengah hutan pinus,
tiba-tiba rasa rindu kepada sang penyair menyergapku)
dalam rintik gerimis hujan
Adakah kau tahu sang penyair,
diantara tetes air hujan ini kudengar lagumu,
lantunkan cinta kita dalam bahasa rasa
Ah sang penyair, gemuruh rindu dalam dada
Adakah terdengar olehmu
Usaikah cerita cinta yang tak pernah bermula?
Aku masih menunggumu, disini dijalan ini
Semoga kekuatan cinta mempertemukan kita
(darmaga, 1982...ketika kuberjalan ditengah hutan pinus,
tiba-tiba rasa rindu kepada sang penyair menyergapku)
20 Mei 2009
Cinta Rasa
Kereta api uap melaju terasa lambat
Tertinggal anganku yang terbang melesat
Menjumpai seorang sahabat
Yang saat itu kerap melekat
dalam bagian cerita cinta yang tidak kasat
dan CINTA RASA adalah bukan sekedar alamat
tapi magnet yang dapat mengucurkan keringat
setiap aku hendak mendekat...
(bandung, mei 2009 bagian cerita keindahan masa lalu 2)
puisi dari sahabat
Tertinggal anganku yang terbang melesat
Menjumpai seorang sahabat
Yang saat itu kerap melekat
dalam bagian cerita cinta yang tidak kasat
dan CINTA RASA adalah bukan sekedar alamat
tapi magnet yang dapat mengucurkan keringat
setiap aku hendak mendekat...
(bandung, mei 2009 bagian cerita keindahan masa lalu 2)
puisi dari sahabat
Ade
Adalah satu diantara
sederetan nama
melekat pada sosok sederhana
yang aku kenal dan pernah ada
dalam ceritaku disuatu masa
Nama yang menutup satu dua
bait syair sebuah pena
yang aku terima
saat itu dan aku tidak lupa
(bandung, mei 2009...bagian cerita keindahan masa lalu 1)puisi dari sahabat
sederetan nama
melekat pada sosok sederhana
yang aku kenal dan pernah ada
dalam ceritaku disuatu masa
Nama yang menutup satu dua
bait syair sebuah pena
yang aku terima
saat itu dan aku tidak lupa
(bandung, mei 2009...bagian cerita keindahan masa lalu 1)puisi dari sahabat
14 Mei 2009
Waktu
Untuk tahu arti waktu satu tahun,
bertanyalah kepada narapidana yang berada di balik penjara
Untuk tahu arti waktu satu bulan,
bertanyalah kepada seorang ibu yang melahirkan bayinya yang prematur
Untuk arti waktu satu minggu,
bertanyalah kepada seseorang yang bekerja sebagai editor majalan mingguan
Untuk arti waktu satu hari,
bertanyalah kepada buruh yang mendapat upah harian
Untuk tahu arti waktu satu jam,
bertanyalah kepada seorang gadis yang menunggu kedatangan kekasihnya
Untuk tahu arti waktu satu menit,
bertanyalah kepada seseorang yang ketinggalan kereta api
Untuk tahu arti waktu satu detik,
bertanyalah kepada dokter bedah yang sedang melakukan operasi kepada pasiennya
Apa arti waktu bagimu?
(aku tulis untuk mengingatkan diriku, jangan sampai sakit mencuri waktuku)
bertanyalah kepada narapidana yang berada di balik penjara
Untuk tahu arti waktu satu bulan,
bertanyalah kepada seorang ibu yang melahirkan bayinya yang prematur
Untuk arti waktu satu minggu,
bertanyalah kepada seseorang yang bekerja sebagai editor majalan mingguan
Untuk arti waktu satu hari,
bertanyalah kepada buruh yang mendapat upah harian
Untuk tahu arti waktu satu jam,
bertanyalah kepada seorang gadis yang menunggu kedatangan kekasihnya
Untuk tahu arti waktu satu menit,
bertanyalah kepada seseorang yang ketinggalan kereta api
Untuk tahu arti waktu satu detik,
bertanyalah kepada dokter bedah yang sedang melakukan operasi kepada pasiennya
Apa arti waktu bagimu?
(aku tulis untuk mengingatkan diriku, jangan sampai sakit mencuri waktuku)
Tahajud
Malam masih berbingkai keheningan, alam berdzikir bangunkan kesadaran dari tidur lelapku
Ya Rabb, terimakasih Engkau beri aku kesempatan mengarungi sajadah panjang dikebesaran malam-Mu, nikmat apalagikah yang telah aku dustakan?
Sesaat kesejukan merambah seluruh tubuhku, ketika basuhan air wudu menyirami bagian anggota badanku. Ya Rabb, semoga kesegaran air-Mu ini menghilangkan kesombonganku, yang seringkali melalaikan waktu-Mu, nikmat apalagikan yang telah aku dustakan?
Aku bersujud pada-Mu, aku mengeluh pada-Mu, aku mengadu pada-Mu, aku memohon pada-Mu, aku meminta pada-Mu, nikmat apalagikan yang telah aku dustakan?
Mengapa aku lalai bersyukur pada-Mu, mengapa aku masih memelihara keangkuhan, mengapa aku masih menggenggam ketamakan, mengapa aku masih berteman dengan keraguan, mengapa aku masih menyimpan kedengkian, mengapa aku masih bersahabat dengan kekhawatiran.
Ya Rabb, adakah gerbang pengampunan-Mu masih terbuka untukku?
(tiada habis aku memohon kasih sayang-Mu, yang dapat menyelamatkan hidupku)
Ya Rabb, terimakasih Engkau beri aku kesempatan mengarungi sajadah panjang dikebesaran malam-Mu, nikmat apalagikah yang telah aku dustakan?
Sesaat kesejukan merambah seluruh tubuhku, ketika basuhan air wudu menyirami bagian anggota badanku. Ya Rabb, semoga kesegaran air-Mu ini menghilangkan kesombonganku, yang seringkali melalaikan waktu-Mu, nikmat apalagikan yang telah aku dustakan?
Aku bersujud pada-Mu, aku mengeluh pada-Mu, aku mengadu pada-Mu, aku memohon pada-Mu, aku meminta pada-Mu, nikmat apalagikan yang telah aku dustakan?
Mengapa aku lalai bersyukur pada-Mu, mengapa aku masih memelihara keangkuhan, mengapa aku masih menggenggam ketamakan, mengapa aku masih berteman dengan keraguan, mengapa aku masih menyimpan kedengkian, mengapa aku masih bersahabat dengan kekhawatiran.
Ya Rabb, adakah gerbang pengampunan-Mu masih terbuka untukku?
(tiada habis aku memohon kasih sayang-Mu, yang dapat menyelamatkan hidupku)
13 Mei 2009
Cibodas I
Aku melihat kau berdiri disana,
Diantara desiran angin subuh yang menggigit,
Diantara rinai gerimis hujan,
Aku melihat kau tersenyum disana,
Diantara ratusan tiang bendera,
Diantara ribuan tenda yang menghampar,
Aku melihat kau berjalan disana,
Diantara deretan kaki-kaki bersepatu hitam,
Diantara barisan pandu berseragam coklat tanah,
Aku melihat kau berlari disana,
Diantara kerumunan peserta raimuna,
Diantara kemeriahan pesta api unggun,
Aku melihat kau berdiri didepanku,
Mengulurkan tangan,
Menyampaikan sapa,
Aku dan kau berkenalan disana,
Diantara harumnya kabut cibodas
Diantara tetes embun rerumputan
Aku dan kau berpisah disana,
Diantara genggaman erat dan lambaian tangan
Diantara harapan terjalinnya sebuah persahabatan
(jakarta, mei 2009...untuk mengenang pertemuan dengan seorang sahabat)
Diantara desiran angin subuh yang menggigit,
Diantara rinai gerimis hujan,
Aku melihat kau tersenyum disana,
Diantara ratusan tiang bendera,
Diantara ribuan tenda yang menghampar,
Aku melihat kau berjalan disana,
Diantara deretan kaki-kaki bersepatu hitam,
Diantara barisan pandu berseragam coklat tanah,
Aku melihat kau berlari disana,
Diantara kerumunan peserta raimuna,
Diantara kemeriahan pesta api unggun,
Aku melihat kau berdiri didepanku,
Mengulurkan tangan,
Menyampaikan sapa,
Aku dan kau berkenalan disana,
Diantara harumnya kabut cibodas
Diantara tetes embun rerumputan
Aku dan kau berpisah disana,
Diantara genggaman erat dan lambaian tangan
Diantara harapan terjalinnya sebuah persahabatan
(jakarta, mei 2009...untuk mengenang pertemuan dengan seorang sahabat)
12 Mei 2009
Dialog maya dalam kesunyian
Mengapa kau genggam sepimu sendiri,
bukankah seperti kau minta,
matahari tidak pernah ingkar janji,
memberi terangnya pada siang,
bagikan cahayanya pada insan.
Walau takdir tak pernah mempertemukannya dengan malam,
tapi tetap hangatkan dirimu,
lewat cahayanya yang dititipkan pada bulan.
Perempuan berlari ke sudut kesunyian,
bukan untuk sembunyi,
tapi sekedar untuk menyendiri,
merenungkan apa yang terjadi.
Ditepi jalan bercabang,
perempuan tertegun,
ragu dia melangkah,
melanjutkan perjalanan
atau berhenti sampai disini.
Mengapa ragumu biarkan jalani hidupmu,
biarkan menuntunmu ke arah tanpa tujuan.
Demi waktu yang tersisa, pastikan langkahmu.
Bukankah matahari tidak pernah menyerah,
walau harus bertarung dengan malam,
namun dia tetap kembali
dengan cahayanya di fajar pagi.
(jakarta, mei 2009....tulisan ini terinspirasi dari kelana)
bukankah seperti kau minta,
matahari tidak pernah ingkar janji,
memberi terangnya pada siang,
bagikan cahayanya pada insan.
Walau takdir tak pernah mempertemukannya dengan malam,
tapi tetap hangatkan dirimu,
lewat cahayanya yang dititipkan pada bulan.
Perempuan berlari ke sudut kesunyian,
bukan untuk sembunyi,
tapi sekedar untuk menyendiri,
merenungkan apa yang terjadi.
Ditepi jalan bercabang,
perempuan tertegun,
ragu dia melangkah,
melanjutkan perjalanan
atau berhenti sampai disini.
Mengapa ragumu biarkan jalani hidupmu,
biarkan menuntunmu ke arah tanpa tujuan.
Demi waktu yang tersisa, pastikan langkahmu.
Bukankah matahari tidak pernah menyerah,
walau harus bertarung dengan malam,
namun dia tetap kembali
dengan cahayanya di fajar pagi.
(jakarta, mei 2009....tulisan ini terinspirasi dari kelana)
11 Mei 2009
Pertemuan
Ada sebait kenangan yang tertuang dalam selembar kertas kusam,
berbaur bilur kepiluan.
Ada sejumput kata yang tertinggal dalam sepenggal cerita,
yang terputus oleh waktu terbelah oleh masa.
Ada sepenggal harap yang tak pupus dimakan usia,
tak hilang ditelan jaman.
Pertemuan denganmu,
membangkitkan keindahan masa yang telah berlalu,
kala bening kata masih bertaut.
Dalam diam, aku tersenyum,
ada rasa haru dan debaran kebahagiaan.
Terimakasih, ya Allah,
pada akhirnya kami dipertemukan.
(serambi, mei 2009....untuk sahabat tercinta,
terimakasih atas kegigihanmu mencariku, sehingga kita bisa bertemu)
berbaur bilur kepiluan.
Ada sejumput kata yang tertinggal dalam sepenggal cerita,
yang terputus oleh waktu terbelah oleh masa.
Ada sepenggal harap yang tak pupus dimakan usia,
tak hilang ditelan jaman.
Pertemuan denganmu,
membangkitkan keindahan masa yang telah berlalu,
kala bening kata masih bertaut.
Dalam diam, aku tersenyum,
ada rasa haru dan debaran kebahagiaan.
Terimakasih, ya Allah,
pada akhirnya kami dipertemukan.
(serambi, mei 2009....untuk sahabat tercinta,
terimakasih atas kegigihanmu mencariku, sehingga kita bisa bertemu)
Penantian
Perempuan di bibir senja,
memandang nanar lautan malam.
Wahai, waktu tidak lagi mau sembunyi,
tampakan tapak di wajah sunyi,
guratan halus disudut mata,
dan warna perak dibalik kerudung.
Perempuan sendiri,
beringsut meninggalkan matahari,
merantau dalam sepinya hati,
mengembara dalam bara sengsara.
Perempuan menanti,
sendiri diujung fajar.
(saat sunset di pura besakih, juli 2008....semua telah berakhir)
memandang nanar lautan malam.
Wahai, waktu tidak lagi mau sembunyi,
tampakan tapak di wajah sunyi,
guratan halus disudut mata,
dan warna perak dibalik kerudung.
Perempuan sendiri,
beringsut meninggalkan matahari,
merantau dalam sepinya hati,
mengembara dalam bara sengsara.
Perempuan menanti,
sendiri diujung fajar.
(saat sunset di pura besakih, juli 2008....semua telah berakhir)
Matahari
Matahari di peraduan manisku,
berangkat di senjakala.
Memadu dalam kasih malam.
Oh cinta, datanglah puaskan dahaga hati,
dalam selimut kepiluan,
terlalu lelah menanti.
Matahari diperaduan manisku,
biarkan dia terlelap,
bukankah fajar telah menanti.
Matahari tidak pernah ingkar,
berikan janji kepada siang,
memberikan cintanya kepada insan.
(jakarta, mei 2009....untuk matahari matahatiku)
berangkat di senjakala.
Memadu dalam kasih malam.
Oh cinta, datanglah puaskan dahaga hati,
dalam selimut kepiluan,
terlalu lelah menanti.
Matahari diperaduan manisku,
biarkan dia terlelap,
bukankah fajar telah menanti.
Matahari tidak pernah ingkar,
berikan janji kepada siang,
memberikan cintanya kepada insan.
(jakarta, mei 2009....untuk matahari matahatiku)
Selalu saja
Selalu saja aku menyukaimu,
mendengar ceritamu, menyelami isi hatimu.
Selalu saja aku senang berada didekatmu,
sekedar menatap matamu, atau membaui aromamu.
Selalu saja aku menanti kehadiranmu,
menghabiskan waktu bersamamu.
Selalu saja aku berharap kabar darimu,
ada banyak kisah yang belum kuungkap,
ada banyak suara yang belum kuutarakan.
Selalu saja kau menyenangkan hatiku,
membuat hariku kembali surut ke masa lalu,
canda dan tawa, kenangan dan lamunan,
penantian dan ketidakpastian.
Selalu saja aku bertanya,
mengapa debaran itu tidak pernah hilang,
mengapa harapan itu masih ada,
walau tidak pernah ada jawab yang pasti.
Selalu saja aku ingin tahu,
mengapa ragumu menghalangi langkahmu,
mungkin masih terlalu muda untuk menggenggam kepastian.
Selalu saja aku berpikir,
arti semua kisah ini, berharap tidak usai sampai disini.
Selalu saja aku berharap,
selalu ada cinta diantara kita,
selalu ada persahabatan diantara kita,
selalu ada dukungan diantara kita,
selalu ada ketulusan diantara kita,
selalu ada do’a diantara kita.
(jakarta, mei 2009....seseorang akan mengerti untuk siapa tulisan ini ditujukan)
mendengar ceritamu, menyelami isi hatimu.
Selalu saja aku senang berada didekatmu,
sekedar menatap matamu, atau membaui aromamu.
Selalu saja aku menanti kehadiranmu,
menghabiskan waktu bersamamu.
Selalu saja aku berharap kabar darimu,
ada banyak kisah yang belum kuungkap,
ada banyak suara yang belum kuutarakan.
Selalu saja kau menyenangkan hatiku,
membuat hariku kembali surut ke masa lalu,
canda dan tawa, kenangan dan lamunan,
penantian dan ketidakpastian.
Selalu saja aku bertanya,
mengapa debaran itu tidak pernah hilang,
mengapa harapan itu masih ada,
walau tidak pernah ada jawab yang pasti.
Selalu saja aku ingin tahu,
mengapa ragumu menghalangi langkahmu,
mungkin masih terlalu muda untuk menggenggam kepastian.
Selalu saja aku berpikir,
arti semua kisah ini, berharap tidak usai sampai disini.
Selalu saja aku berharap,
selalu ada cinta diantara kita,
selalu ada persahabatan diantara kita,
selalu ada dukungan diantara kita,
selalu ada ketulusan diantara kita,
selalu ada do’a diantara kita.
(jakarta, mei 2009....seseorang akan mengerti untuk siapa tulisan ini ditujukan)
Nyanyi Sunyi
Pernahkan kau mendengar kerinduan dikedalaman tatap matanya,
pernahkah kau melihat desiran hati dibalik seribu tawanya,
pernahkah kau menggenggam kata-kata diantara diamnya,
pernahkah kau merengkuh keriangan yang tersembunyi dikesedihannya,
pernahkan kau mengintip keparauan dalam teriakkannya,
pernahkan kau melirik kelelahan dalam semangatnya.
Jika hanya mata yang melihat, jika hanya telinga yang mendengar,
mungkin selamanya kau tidak pernah tahu apa yang terjadi.
Ada langkah yang hampir terhenti, ada kata-kata yang hampir surut,
ada bara yang hampir padam, ada lamunan yang hampir berlalu.
Janganlah senja berburu menyengaja mengalahkan lajumu,
dirantai kegelapan dibelenggu kesunyian, kemana lagi jiwa berlari,
bukankan pernah ada matahari menyertai langkah sang petualang.
Nyanyi sunyi senarai dibalik kabut kesendirian,
irama seruni patahkan lagu kesepian.
Dibalik dinding senandung sendu mendayu.
Kata tak mampu lagi sembunyi, mata tak mampu lagi bicara,
rasa tak mampu lagi berlari, menyerah pada kenyataan, berikan aku kesempatan.
(kafe bengawan solo, mei 2009...kepada seseorang dimasa lalu)
pernahkah kau melihat desiran hati dibalik seribu tawanya,
pernahkah kau menggenggam kata-kata diantara diamnya,
pernahkah kau merengkuh keriangan yang tersembunyi dikesedihannya,
pernahkan kau mengintip keparauan dalam teriakkannya,
pernahkan kau melirik kelelahan dalam semangatnya.
Jika hanya mata yang melihat, jika hanya telinga yang mendengar,
mungkin selamanya kau tidak pernah tahu apa yang terjadi.
Ada langkah yang hampir terhenti, ada kata-kata yang hampir surut,
ada bara yang hampir padam, ada lamunan yang hampir berlalu.
Janganlah senja berburu menyengaja mengalahkan lajumu,
dirantai kegelapan dibelenggu kesunyian, kemana lagi jiwa berlari,
bukankan pernah ada matahari menyertai langkah sang petualang.
Nyanyi sunyi senarai dibalik kabut kesendirian,
irama seruni patahkan lagu kesepian.
Dibalik dinding senandung sendu mendayu.
Kata tak mampu lagi sembunyi, mata tak mampu lagi bicara,
rasa tak mampu lagi berlari, menyerah pada kenyataan, berikan aku kesempatan.
(kafe bengawan solo, mei 2009...kepada seseorang dimasa lalu)
Perempuan Terluka
Perempuan terluka oleh cintanya, yang mati ditelan kemudaannya.
Hidupnya terlunta dalam pengembaraan tak berujung,
berharap terdampar di pantai pengharapan.
Perempuan menangis dalam tawanya,
berharap mengerti jeritan perasaannya,
dalam kedukaan kerinduan.
Perempuan tertawa, perempuan bergegas,
ternyata hari tidak seramah dugaannya,
ternyata guliran waktu enggan menantinya.
Perempuan tersadar dari masa lalunya,
berlari mengejar mimpinya, terengah, terseok,
terbangun dan terus berlari, satu-satu nafasnya menghilang.
Perempuan berpacu dengan kegetiran hatinya,
mencoba menutup luka masa lalu,
mengobati jiwa yang bernanah.
Perempuan tidak mau kehabisan sisa mimpinya,
berharap matahari tidak mengingkari janjinya,
berikan kehangatan ditengah galau pikirannya.
Perempuan berburu suka, menggapai gemintang malam,
sembunyikan dibalik selimut tidurnya,
dan biarkan menghangatkan hatinya,
sembuhkan parutan duka yang tersisa.
Perempuan dalam perjalanan, tinggalkan penyesalan.
Perempuan mengerti,
dalam genggamannya ada mutiara dari masa lalu,
memancar bak gemintang, bersinar bak mentari,
itulah yang tersisa.
Perempuan berterimakasih.
(jakarta, mei 2002....untuk perempuan yang pernah bangkit dari kehancuran)
Hidupnya terlunta dalam pengembaraan tak berujung,
berharap terdampar di pantai pengharapan.
Perempuan menangis dalam tawanya,
berharap mengerti jeritan perasaannya,
dalam kedukaan kerinduan.
Perempuan tertawa, perempuan bergegas,
ternyata hari tidak seramah dugaannya,
ternyata guliran waktu enggan menantinya.
Perempuan tersadar dari masa lalunya,
berlari mengejar mimpinya, terengah, terseok,
terbangun dan terus berlari, satu-satu nafasnya menghilang.
Perempuan berpacu dengan kegetiran hatinya,
mencoba menutup luka masa lalu,
mengobati jiwa yang bernanah.
Perempuan tidak mau kehabisan sisa mimpinya,
berharap matahari tidak mengingkari janjinya,
berikan kehangatan ditengah galau pikirannya.
Perempuan berburu suka, menggapai gemintang malam,
sembunyikan dibalik selimut tidurnya,
dan biarkan menghangatkan hatinya,
sembuhkan parutan duka yang tersisa.
Perempuan dalam perjalanan, tinggalkan penyesalan.
Perempuan mengerti,
dalam genggamannya ada mutiara dari masa lalu,
memancar bak gemintang, bersinar bak mentari,
itulah yang tersisa.
Perempuan berterimakasih.
(jakarta, mei 2002....untuk perempuan yang pernah bangkit dari kehancuran)
08 Mei 2009
Kisah sepiring nasi dan semangkok capcay
Sepiring nasi putih terhidang didepanku, lengkap dengan sejumput goreng bawang. Sebagai temannya ada semangkok capcay goreng. Tidak perlu menunggu waktu lama, sesendok demi sesendok nasi putih ditemani capcay goreng mulai beralih ke mulutku. Sambil mengunyah dengan bilangan 32, dalam setiap kunyahan kucoba untuk merasakan rasa nasi itu, betul-betul kurasakan setiap butirnya, ada rasa manis dan pulen. Anehnya ketika konsentrasiku fokus pada nasi putih, aku benar-benar tidak bisa merasakan keberadaan capcay, tentu saja aku merasa bersalah.
Selanjutnya dapat ditebak, pada kunyahan berikutnya aku mulai berkonsentrasi pada setiap sayuran yang ada di capcay itu, mula-mula aku rasakan wortel, ternyata manis dan sedikit ada rasa ketir, potongan kecil daging ayam terasa gurih potongan buncis yang renyah dan segar, terasa manis. Satu persatu, mulai dari butiran nasi dan seluruh potongan sayuran dalam capcay, lengkap sudah aku nikmati malam ini.
Apa yang kudapat, ternyata bilangan 32 itu yang membawa kenikmatan. Sungguh makan dengan sangat pelan, tidak tergesa-gesa, tidak bicara, tidak pula diselingi dengan minum, membuatku merasakan fungsi dari indera pengecap. Walaupun tidak mudah untuk bisa makan dengan tenang, mensyukuri setiap rejeki yang masuk ke mulut. Sungguh kenikmatan yang terabaikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah aku dapatkan setiap hari. Tidak perlu dengan hidangan yang mahal dan mewah, cukup dengan sepiring nasi dan satu jenis lauk atau sayur, yang mungkin bisa berharga kurang dari sepuluh ribu rupiah. Hanya perlu sedikit kemauan untuk mengunyah 32 kali kunyahan.
Meditasi, itulah yang kulakukan. Apa mungkin? Bukankah meditasi harus mencari tempat yang tenang dan sepi, jauh dari hiruk pikuk suana kantin seperti ini. Bukankan meditasi harus sepi dari gerak, bukankan meditasi harus memejamkan mata, dan semua anggota badan dan pikiran berhenti beraktivitas.
Jawabanku, tidak!. Bagiku meditasi adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Ketika aku menulis, akupun sedang meditasi, karena aku menikmati dan sadar aku sedang menulis menuangkan segala yang ada dalam benakku. Ketika aku membaca, akupun sedang meditasi, karena aku menikmati dan sadar aku sedang membaca. Kalau begitu, bisakah aku meditasi sepanjang hidupku? Tentu saja harus bisa.
Jakarta, 17 April 2009
Ditulis dikantin serambi selesai makan malam
evey
Selanjutnya dapat ditebak, pada kunyahan berikutnya aku mulai berkonsentrasi pada setiap sayuran yang ada di capcay itu, mula-mula aku rasakan wortel, ternyata manis dan sedikit ada rasa ketir, potongan kecil daging ayam terasa gurih potongan buncis yang renyah dan segar, terasa manis. Satu persatu, mulai dari butiran nasi dan seluruh potongan sayuran dalam capcay, lengkap sudah aku nikmati malam ini.
Apa yang kudapat, ternyata bilangan 32 itu yang membawa kenikmatan. Sungguh makan dengan sangat pelan, tidak tergesa-gesa, tidak bicara, tidak pula diselingi dengan minum, membuatku merasakan fungsi dari indera pengecap. Walaupun tidak mudah untuk bisa makan dengan tenang, mensyukuri setiap rejeki yang masuk ke mulut. Sungguh kenikmatan yang terabaikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah aku dapatkan setiap hari. Tidak perlu dengan hidangan yang mahal dan mewah, cukup dengan sepiring nasi dan satu jenis lauk atau sayur, yang mungkin bisa berharga kurang dari sepuluh ribu rupiah. Hanya perlu sedikit kemauan untuk mengunyah 32 kali kunyahan.
Meditasi, itulah yang kulakukan. Apa mungkin? Bukankah meditasi harus mencari tempat yang tenang dan sepi, jauh dari hiruk pikuk suana kantin seperti ini. Bukankan meditasi harus sepi dari gerak, bukankan meditasi harus memejamkan mata, dan semua anggota badan dan pikiran berhenti beraktivitas.
Jawabanku, tidak!. Bagiku meditasi adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Ketika aku menulis, akupun sedang meditasi, karena aku menikmati dan sadar aku sedang menulis menuangkan segala yang ada dalam benakku. Ketika aku membaca, akupun sedang meditasi, karena aku menikmati dan sadar aku sedang membaca. Kalau begitu, bisakah aku meditasi sepanjang hidupku? Tentu saja harus bisa.
Jakarta, 17 April 2009
Ditulis dikantin serambi selesai makan malam
evey
17 April 2009
Syukur
Tahun 2009 sudah menginjak di bulan ke empat, April, demikian kita menamakan bulan ini. Waktu sedemikian cepat berlalu, padahal rasanya baru kemarin aku menutup gerbang tahun 2008. Suka dan duka, manis dan pahit, tawa dan air mata senantiasa berganti menyertai perjalanan dalam meniti tangga kehidupan.
Januari 2009, aku masih di Madinah, berbulan madu dengan cinta-Mu, menghabiskan hari-hari dengan bertasbih di Masjid Rasullullah yang suci. Udara yang dingin, angin yang menusuk, menemani hari-hariku di Madinah al Munawaroh. Bersyukur kepada Allah, aku diberi kenikmatan untuk berdo'a dan sholat di Raudah, sebuah tempat suci, salah satu taman yang ada di surga.
Pebruari 2009, hari ke enam, ulang tahun yang ke 46. Seperti biasa, tidak ada yang istimewa, hanya beberapa ucapan selamat dari orang-orang tercinta. Dari Mamah yang senantiasa dengan do'a-do'anya membuat aku kuat untuk terus melangkah, dari putriku tercinta yang berjanji mempersembahkan hadiah terindah untukku. Hadiah itulah yang aku terima di hari ke 25, putriku di wisuda sebagai sarjana kedokteran gigi. Bahagia, bangga dan haru, bercampur menjadi satu. Bersyukur kepada Allah SWT, pada akhirnya aku dapat mengantar putriku menggapai cita-citanya.
Maret 2009, berlalu dengan kepadatan rutinitas tugas yang kadang menyita waktu. Namun, sungguh aku menikmatinya. Betapa bersyukurnya aku, ketika setiap pagi masih bisa berjalan di arboretum manggala wana bakti. Menghirup wangi dedaunan, menikmati konser alam irama bisikan angin bersahut dengan kicauan burung, walau kadang ditingkahi deru mobil dan motor.
Sungguh nikmat apalagi yang dapat aku syukuri, selain nikmat diberi kesehatan, nikmat diberi kemudahan untuk bernafas tanpa bantuan tabung oksigen, nikmat diberi kekuatan untuk berjalan, bergerak dengan bebas, tanpa bergantung pada kursi roda dan korset penguat.
April 2009, tiba-tiba masuk di face book sebuah nama yang sedemikian lekat di masa lalu. Menyeruak hadir tak terduga, sebuah keniscayaan kalau aku menyebutnya kekuatan dari the power of feeling. Seorang sahabat, seorang teman, seorang yang aku kagumi karena kecerdasannya, seorang yang aku sukai karena keramahannya, seorang yang aku senangi karena perhatiannya. Mudah-mudahan semua menjadi awal dari pertautan yang lama terputus, awal silaturahmi untuk saling berbagi dan saling mendukung. Tidak ada hal kebetulan, tidak ada hal yang tanpa rencana-MU ya RABB.
Penuh khidmat, aku berucap Syukur atas kebahagiaan ini.
Jakarta, 17 April 2009
Januari 2009, aku masih di Madinah, berbulan madu dengan cinta-Mu, menghabiskan hari-hari dengan bertasbih di Masjid Rasullullah yang suci. Udara yang dingin, angin yang menusuk, menemani hari-hariku di Madinah al Munawaroh. Bersyukur kepada Allah, aku diberi kenikmatan untuk berdo'a dan sholat di Raudah, sebuah tempat suci, salah satu taman yang ada di surga.
Pebruari 2009, hari ke enam, ulang tahun yang ke 46. Seperti biasa, tidak ada yang istimewa, hanya beberapa ucapan selamat dari orang-orang tercinta. Dari Mamah yang senantiasa dengan do'a-do'anya membuat aku kuat untuk terus melangkah, dari putriku tercinta yang berjanji mempersembahkan hadiah terindah untukku. Hadiah itulah yang aku terima di hari ke 25, putriku di wisuda sebagai sarjana kedokteran gigi. Bahagia, bangga dan haru, bercampur menjadi satu. Bersyukur kepada Allah SWT, pada akhirnya aku dapat mengantar putriku menggapai cita-citanya.
Maret 2009, berlalu dengan kepadatan rutinitas tugas yang kadang menyita waktu. Namun, sungguh aku menikmatinya. Betapa bersyukurnya aku, ketika setiap pagi masih bisa berjalan di arboretum manggala wana bakti. Menghirup wangi dedaunan, menikmati konser alam irama bisikan angin bersahut dengan kicauan burung, walau kadang ditingkahi deru mobil dan motor.
Sungguh nikmat apalagi yang dapat aku syukuri, selain nikmat diberi kesehatan, nikmat diberi kemudahan untuk bernafas tanpa bantuan tabung oksigen, nikmat diberi kekuatan untuk berjalan, bergerak dengan bebas, tanpa bergantung pada kursi roda dan korset penguat.
April 2009, tiba-tiba masuk di face book sebuah nama yang sedemikian lekat di masa lalu. Menyeruak hadir tak terduga, sebuah keniscayaan kalau aku menyebutnya kekuatan dari the power of feeling. Seorang sahabat, seorang teman, seorang yang aku kagumi karena kecerdasannya, seorang yang aku sukai karena keramahannya, seorang yang aku senangi karena perhatiannya. Mudah-mudahan semua menjadi awal dari pertautan yang lama terputus, awal silaturahmi untuk saling berbagi dan saling mendukung. Tidak ada hal kebetulan, tidak ada hal yang tanpa rencana-MU ya RABB.
Penuh khidmat, aku berucap Syukur atas kebahagiaan ini.
Jakarta, 17 April 2009
Langganan:
Komentar (Atom)